Paris Saint-Germain baru saja mengumumkan seragam baru untuk musim 2021/22. Air Jordan menjadi brand seragam kandang Paris dengan warna biru navy gelap.
Namun, desain seragam ditolak pendukung. Dalam foto yang diunggah situs resmi Paris Saint-Germain, tampak perbedaan mencolok pada seragam terbaru.Â
Warna seragam sepenuhnya polos tanpa memiliki "Hechter" yang selama ini menjadi motif khas PSG.
Hechter adalah desain garis vertikal berwarna biru, putih dan merah yang diperkenalkan mantan Presiden PSG Daniel Hechter pada 1973.
Desain Hechter memiliki kode warna BBRBB (bleu-blanc-rouge-blanc-bleu/biru-putih-merah-putih-biru).
Warna merah dan biru melambangkan bendera kota Paris, sementara warna putih merepresentasikan wilayah Saint-Germain-En-Laye di Paris.
Seragam mewakili identitas klub, sama halnya seperti mengenal AC Milan dengan seragam merah hitam, Ajax Amsterdam dengan pita merah dan seragam klub lainnya. Terlebih, desain Hechter dinilai sebagai desain seragam terindah bagi klub sepak bola di Eropa
Ketiadaan Hechter pada seragam menimbulkan kontroversi. Collectif Ultras Paris (CUP) mengajak untuk tidak membeli seragam baru.
Mereka menyampaikan keberatan tersebut beberapa hari sebelum peluncuran seragam, ketika mendapatkan bocoran tentang jersey baru PSG.
"Kita terhubung pada warna bersejarah, pada seragam kandang 'Hechter' dan pada seragam tandang putih dengan garis vertikal merah dan biru. Kita menilai identitas klub melalui penghormatan terhadap warna-warna tradisional yang membuatnya dikenal di antara ribuan orang."
"Kita tidak dalam pemasaran namun kita tahu bahwa penghormatan ini diperlukan untuk institusi yang kuat [...]. Atas alasan ini, kami meminta anggota, pendukung dan seluruh rakyat Paris untuk memboikot jersey musim depan dan tidak membeli satu pun jersey yang tidak menghormati sejarah," tulis CUP dalam keterangan yang diunggah di Twitter, Selasa, 11 Mei 2021.
Meski mendapat kritikan, manajemen PSG tetap meluncurkan seragam kandang terbaru untuk musim 2021/2022 dengan desain tanpa Hechter.
Manajemen dalam rilisnya menegaskan bahwa pihaknya mempertahankan warna tradisional merah, biru dan putih pada seragam terbaru.
Penempatannya BBRBB ditemukan pada bagian kerah dan lengan seragam. Namun demikian, keberadaan warna-warna tradisional tersebut tidak mendominasi desain.
Seragam baru PSG musim 2021/22 memang menuai kontroversi lantaran kurang mengesankan identitas klub. Perdebatan biasa dalam industri sepak bola, terlebih saat ini ketika klub Eropa diguncang dengan wacana Super League.Â
Tidak semua pendukung menolak desain baru seragam PSG.Â
Faktanya, PSG pernah menengakan seragam kandang tanpa Hechter, tepatnya pada musim 2009/10. Seragam Paris kala itu didesain dengan warna navy gelap dengan garis vertikal tipis berwarna merah. Jadi, masalah seragam tidak seharusnya diributkan.
Kolaborasi PSG dan brand Air Jordan sudah berjalan selama empat tahun.Â
Air Jordan adalah anak perusahaan Nike yang memasarkan produk streetwear dan berasosiasi dengan legenda basket NBA Michael Jordan.
Pada 1984, Nike bekerja sama dengan Micahel Jordan untuk membuat sepatu NBA dengan brand khusus dirinya.Â
Keberhasilan Air Jordan di pasaran berkat citra Michael yang menjadi simbol budaya olah raga akhirnya membuat Nike serius menggarap Air Jordan.
Dalam kerja sama dengan PSG, Air Jordan menjadi penyedia seragam tandang klub ibu kota Paris. Musim depan, Air Jordan menjadi brand untuk seragam kandang.Â
Apa ini semata berhubungan dengan komersial? Tentu saja, ya. Air Jordan tentu tidak ingin merugi dalam kerja sama dengan PSG.
Karena itu, pembahasan komersialisasi perlu diperluas untuk memahami keberlangsungan klub.
Bila melihat ke depan, kehadiran Air Jordan berpeluang mengenalkan PSG secara lebih luas kepada komunitas di luar sepak bola.Â
Mereka yang tidak mengenal sepak bola perlahan perlahan-lahan dapat menyukai olah raga ini karena pendekatan klub yang terbuka dan memahami realitas.
PSG sudah melakukannya sejak beberapa tahun terakhir bersama Air Jordan dengan membangun citra lewat streetwear style yang digemari anak-anak muda di dunia. Pendekatan lintas kultural yang apik.
Bila mempertahankan kultur sepak bola dengan cara konvensional, bukan tidak mungkin sepak bola akan senyap dari perbincangan dunia dalam beberapa tahun mendatang.
Lalu, tepatkah mengatakan PSG menyerah pada realitas streetwear ketimbang sejarah klub untuk menentukan identitas seragam? Tentu saja tidak.Â
Pembahasan seragam terbaru PSG kali ini lebih dari sekadar kritik terhadap warna, namun memiliki subteks yaitu kekecewaan pendukung atas standar streetwear yang dibuat oleh manajemen klub dan Nike.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H