Tiga warga ditunjuk, salah satunya suami Aida, Nihad Selmanagic. Jenderal Mladic bermaksud menawarkan warga sipil hidup dalam damai usai kemenangan pasukan Serbia Bosnia.
Ia mengatakan sebagai seorang lelaki dan jenderal, akan menjamin keselamatan warga sipil Muslim Bosnia. Setelah keputusan tercapai, perwakilan sipil dan pasukan PBB kembali ke pangkalan dan memberitahukannya ke pengungsi yang membuat mereka lega bisa pergi dari barak pengungsian.
Namun, keputusan di lapangan melenceng dari kesepakatan. Pengungsi diarahkan meninggalkan kota padahal dalam perundingan, warga diberi pilihan untuk tetap tinggal di Srebrenica.
Dalam film Quo Vadis, Aida? para pengungsi mengikuti kemauan Mladic. Ratusan bus diparkir di depan pangkalan yang akan mengangkut mereka pergi. Sebelum berangkat, Jenderal Mladic terlebih dahulu menemui warga Muslim Bosnia.
Kehadiran Mladic jelas mengejutkan warga Muslim Bosnia yang menimbulkan keriuhan. Tindakannya untuk menerobos area pangkalan termasuk pelanggaran sebab area tersebut steril dari militer. Tetapi, setelah melewati perundingan, ia bersama sejumlah pasukannya berhasil masuk ke dalam.
Di sana, ia mendapati seorang Ibu yang menggendong bayinya yang menangis. Ternyata, para pengungsi ini mengalami kelaparan. Mladic kemudian memerintahkan pasukannya memberikan roti kepada semua warga di pangkalan.
Dari sini, Jenderal Mladic menyindir cara PBB yang selalu menyalahkan Serbia namun membiarkan para pengungsi kelaparan. Ketika menyaksikan wajah pria di sana, ia mencoba menahan amarah dan menginterogasi mereka sebagai pembunuh orang Serbia.Â
Tujuan kedatangannya ingin memastikan tak ada pasukan Muslim Bosnia menyusup di antara warga sipil.
Tiba akhirnya untuk memobilisasi warga sipil menuju bus. Wanita dan anak-anak diutamakan, rombongan lelaki dipisahkan.
Aida punya firasast Mladic merencanakan sesuatu yang licik. Pikiran Aida berbeda dari kebanyakan orang, terutama Kolonel Karremans yang menganggap semua mobilisasi akan berjalan baik karena rombongan mendapat pengawalan pasukan PBB.
Mendapat penjelasan itu, Aida tetap pada pendiriannya. Sebagai seorang Ibu, Aida terus mencari cara untuk menyelamatkan keluarganya dari ancaman pasukan Serbia Bosnia. Kekhawatirannya semakin menjadi kuat setelah mengetahui beberapa pria dieksekusi di belakang pangkalan.