Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Babi Ngepet, Bu Wati yang Apes dan Menunggu Tip Sukses dari Tetangganya

30 April 2021   09:45 Diperbarui: 30 April 2021   16:27 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa orang mengira ramalan si bayi bisa jadi terbukti. 

Media lokal akhirnya memberitakan kabar mengenai si bayi adalah isapan jempol belaka. Tak ada bukti-bukti kuat untuk menemukan keberadaan si bayi yang disebut dapat berbicara sesaat ia terlahir ke dunia.

Kabar itu sangat menghebohkan. Apalagi, gempa dan tsunami menyisakan trauma cukup besar sehingga apapun informasi yang diterima tentu sangat mempengaruhi pikiran.

Mengapa cerita-cerita mistis berkembang luas dan dipercayai oleh sebagian orang?

Hal pertama yang sekiranya dapat menjelaskan masalah adalah awetnya takhayul dan mitos dalam norma masyarakat.

Adanya takhayul bukan saja terjadi di Indonesia. Banyak negara dan komunitas memiliki keyakinan tentang kehidupan di luar realitas. Cerita-cerita takhayul juga diyakini warga di negara-negara maju seperti Eropa Barat dan Amerika.

Dua ahli biologi dari Universitas Pennsylvania, AS, Bryce Morsky dan Erol Akcay, mengatakan, kepercayaan orang terhadap takhayul bisa menjadi mapan dalam norma sosial masyarakat.

Sebagai ilustrasi, kendaraan di persimpangan jalan. Ketika lampu merah, orang menghentikan kendaraannya, sementara lampu hijau menjadi sinyal bagi pengendara untuk bergerak maju. Ini sesuatu yang lumrah kita lewati.

Andaikan lagi, ada pengendara sepeda yang menerobos lampu merah, lalu secara tiba-tiba ia berhenti di tengah persimpangan karena melihat ada kucing hitam berdiri di sana.

Dari sini, penilaian orang akan berbeda. Sebagian orang beranggapan pesepada itu berhenti supaya menghindari tabrakan dengan kucing. 

Sedangkan orang lain mungkin berpikiran bahwa si pesepeda berhenti karena mempercayai takhayul untuk berhenti ketika melihat kucing hitam. Jika dipikir dengan rasional, warna kucing jelas tak punya kaitan sama sekali dalam berlalu lintas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun