Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kejadian di Indonesia yang Mirip Konflik European Super League

24 April 2021   09:52 Diperbarui: 24 April 2021   09:55 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepak bola tak sekadar olah raga dan hiburan, ia mampu mendekatkan pemahaman nilai-nilai kebudayaan dan sosial. Ketika semboyan persatuan dan persaudaraan sulit tercapai dalam masyarakat modern, cobalah beralih sebagai pendukung sepak bola.

Itulah yang mewarnai wacana European Super League yang menuai kritik dan kecaman dari penggemar sepak bola. Semua warga dari belahan benua manapun ikut ambil bagian untuk menyampaikan suara mereka.

Di sisi lain, petinggi UEFA pun merasa ketar-ketir mengetahui kompetisi ini bakal menjadi tandingan Liga Champions. Ada 12 klub elit dari Liga Inggris, Italia dan Spanyol yang menyatakan berpartisipasi di Super League walau akhirnya sejumlah klub mengundurkan diri menyusul protes banyak kalangan.

Beberapa alasan penolakan antara lain, Super League mendorong klub untuk beroperasi secara komersial. Keberatan lainnya, format kompetisi dinilai melenceng dari tradisi sepak bola Eropa dengan sistem piramida atau kompetisi berjenjang, bukannya tertutup dan harus mendapat "restu" supaya bisa bertanding melawan klub-klub peserta.

Sementara itu, UEFA khawatir hijrahnya klub-klub elit akan membuat mereka kehilangan "mesin utama penghasil uang". Liga Champions akan kering yang berarti menjadi ancaman pada turunnya jumlah penonton pertandingan dan pemasukan dari iklan.

Alhasil, selama sepekan ini, kita menemukan banyak pendapat pro dan kontra tentang rencana Super League.

Jika diperhatikan, apa yang terjadi di Eropa selama beberapa hari terakhir, sesungguhnya menyerupai kejadian-kejadian kontroversial yang pernah timbul di Indonesia. Karena itu, tak sulit bagi penggemar sepak bola Indonesia untuk menangkap arah dan petunjuk masalah ini.

1. UEFA dan Partai Demokrat

Prahara Super League kurang lebih menyerupai kasus "kudeta" di Partai Demokrat. Sebagaimana diketahui, AHY pada Februari 2021 mengungkapkan bahwa ada upaya untuk mengambil alih kepemimpinannya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

Tak ada angin, tak ada hujan. Pernyataan AHY keluar secara tiba-tiba yang membuat publik bertanya-tanya kebenarannya. Apalagi nama Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dituding sebagai aktor di balik upaya tersebut.

Ini juga dilakukan UEFA yang mengeluarkan pernyataan pers mereka pada 18 April lalu. Intinya, UEFA dan asosiasi sepak bola sejumlah negara mengecam rencana penyelenggaraan European Super League.

Kontan, penggemar sepak bola keheranan dan dibuat bingung, apa maksud UEFA menyampaikan hal demikian. Selama ini, boleh dikatakan tak ada pembahasan serius tentang kompetisi Super League. Entah siapa pembisik UEFA sampai mereka harus mengajak penggemar sepak bola untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan terburuk.

Semuanya masih asumsi. UEFA juga dalam pernyataan pers menuliskan kalimat, "..may be planning to announce their creation of a closed, so-called Super League."

Ada kata may be di sana yang berarti kemungkinan, bisa benar, bisa salah. Perkiraan UEFA terbukti benar tak lama setelahnya. Sejumlah klub mengumumkan keikutsertaan mereka di Super League. 

Awalnya hanya isu, namun akhirnya menjadi kebenaran. Ini seperti terpilihnya Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB.

Pengumuman Super League ini jelas membuat UEFA makin meradang. Di mata mereka, kompetisi Super League adalah "ilegal dan inkonstitusional", meminjam pernyataan AHY.

2. Stan Kroenke dan Nurdin Halid

Arsenal adalah salah satu klub yang mengumumkan keikutsertaan di European Super League. Bukan sambutan hangat yang didapat, manajemen Arsenal justru dihadiahi kritik keras.

Suporter menentang rencana Arsenal bergabung ke Super League. Pemilik klub Stan Kroenke dinilai harus bertanggung jawab atas keputusan membawa Arsenal ke Super League. Protes kian melebar sampai pada desakan kepada Kroenke untuk menjual Arsenal supaya menghilangkan perannya di klub London tersebut.

Ratusan penggemar Arsenal menyampaikan tuntutan tersebut di luar stadion Emirates sebelum laga Liga Primer Inggris, Arsenal melawan Everton, Jumat, 23 April 2021, laporan ESPN.

"Arsenal till I die. Kroenke out (Arsenal sampai aku mati. Kroenke keluar)," isi tuntutan suporter dalam spanduk. "Our club our home. Sell up Stan. (Klub kami rumah kami. Jual Stan)," isi spanduk lainnya.

Bahkan CEO Spotify, Daniel Ek, melalui cuitan di Twitter, mengungkapkan kesiapan dirinya untuk membeli Arsenal yang digemarinya sewaktu kecil.

Derasnya protes kepada Kroenke mengingatkan kita pada masalah sepak bola di Tanah Air pada 2011 silam. Kala itu, pendukung timnas Indonesia kecewa atas prestasi dan sepak bola Indonesia yang tak kunjung membuahkan hasil baik. Kegagalan Indonesia di Piala AFF adalah salah satu penyebab desakan reformasi di PSSI.

Ketua Umum PSSI Nurdin Halid didesak untuk mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum. Aksi unjuk rasa digelar sejumlah suporter klub Indonesia di pelbagai daerah.

Masa lalu Nurdin Halid yang pernah terjerat kasus hukum diungkit sehingga menjepit posisinya. Dalam gelombang protes yang kian besar, Nurdin Halid akhirnya resmi mengundurkan diri pada 1 April 2011.

Apakah nasib Kroenke juga bakal sama seperti Nurdin Halid? Sejauh ini, anak Stan Kroenke yang juga direktur di Arsenal, Josh Kroenke mengungkapkan mereka tak berniat untuk menjual Arsenal, laporan Sky Sports.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun