Ini juga dilakukan UEFA yang mengeluarkan pernyataan pers mereka pada 18 April lalu. Intinya, UEFA dan asosiasi sepak bola sejumlah negara mengecam rencana penyelenggaraan European Super League.
Kontan, penggemar sepak bola keheranan dan dibuat bingung, apa maksud UEFA menyampaikan hal demikian. Selama ini, boleh dikatakan tak ada pembahasan serius tentang kompetisi Super League. Entah siapa pembisik UEFA sampai mereka harus mengajak penggemar sepak bola untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan terburuk.
Semuanya masih asumsi. UEFA juga dalam pernyataan pers menuliskan kalimat, "..may be planning to announce their creation of a closed, so-called Super League."
Ada kata may be di sana yang berarti kemungkinan, bisa benar, bisa salah. Perkiraan UEFA terbukti benar tak lama setelahnya. Sejumlah klub mengumumkan keikutsertaan mereka di Super League.Â
Awalnya hanya isu, namun akhirnya menjadi kebenaran. Ini seperti terpilihnya Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB.
Pengumuman Super League ini jelas membuat UEFA makin meradang. Di mata mereka, kompetisi Super League adalah "ilegal dan inkonstitusional", meminjam pernyataan AHY.
2. Stan Kroenke dan Nurdin Halid
Arsenal adalah salah satu klub yang mengumumkan keikutsertaan di European Super League. Bukan sambutan hangat yang didapat, manajemen Arsenal justru dihadiahi kritik keras.
Suporter menentang rencana Arsenal bergabung ke Super League. Pemilik klub Stan Kroenke dinilai harus bertanggung jawab atas keputusan membawa Arsenal ke Super League. Protes kian melebar sampai pada desakan kepada Kroenke untuk menjual Arsenal supaya menghilangkan perannya di klub London tersebut.
Ratusan penggemar Arsenal menyampaikan tuntutan tersebut di luar stadion Emirates sebelum laga Liga Primer Inggris, Arsenal melawan Everton, Jumat, 23 April 2021, laporan ESPN.
"Arsenal till I die. Kroenke out (Arsenal sampai aku mati. Kroenke keluar)," isi tuntutan suporter dalam spanduk. "Our club our home. Sell up Stan. (Klub kami rumah kami. Jual Stan)," isi spanduk lainnya.