Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kontroversi European Super League, Demi Uang atau Alibi Klub Elit Minim Prestasi?

19 April 2021   13:05 Diperbarui: 20 April 2021   20:39 1274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Real Madrid adalah peraih trofi terbanyak Liga Champions. Klub asal Spanyol ini sudah 13 kali menjuarai Liga Champions, diikuti AC Milan sebanyak 7 trofi, dan Liverpool sebanyak 6 trofi.

Liga Champions sudah menjadi magnet bagi pecinta sepak bola, tak hanya didukung warga dari kota klub itu berasal, melainkan sudah merambah ke seluruh penjuru dunia. Di Indonesia, orang sampai rela begadang demi menonton siaran pertandingan yang ditayangkan pada tengah malam dan pukul 03.00 WIB dini hari.

Daya tarik Liga Champions ditentukan penampilan klub-klub besar seperti Manchester United, Real Madrid, Liverpool, dan sebagainya.

Penyerang Arsenal Alexandre Lacazette. (Foto: Twitter/Arsenal)
Penyerang Arsenal Alexandre Lacazette. (Foto: Twitter/Arsenal)

Apakah alasan klub bermain di European Super League karena uang?

Wacana European Super League sebenarnya bukan barang baru karena pernah hadir pada tahun 1990-an. Akan tetapi, adanya pandemi membuat pelaksanaannya makin dipercepat.

Alasan ekonomi menjadi salah satu pendorong klub-klub besar untuk ikut berkompetisi di European Super League. Pandemi Covid-19 memberikan pukulan hebat pada keuangan klub yang terancam bangkrut dan mempengaruhi penampilan mereka ke depannya.

"Pembentukan Super League terjadi saat pandemi global mempercepat ketidakstabilan model ekonomi sepak bola Eropa yang ada," tulis Super League.

Meski masalah keuangan adalah pertimbangan utama, itu bukan satu-satunya alasan. Paris Saint Germain, misalnya, meski mengalami kesulitan keuangan akibat pandemi, mereka menolak bergabung di European Super League.

Alasan lain mengapa uang bukan satu-satunya pendorong keikutsertaan klub elit adalah klub yang bergabung memiliki harapan bahwa European Super League dapat membuat kompetisi dengan pertandingan berkualitas tinggi. Setidaknya, itulah yang dikatakan dalam pernyataan pers.

"Kami bersama di saat kritis ini, memungkinkan kompetisi Eropa diubah, meletakkan permainan yang kita sukai pada landasan yang berkelanjutan secara jangka panjang, secara substansial meningkatkan solidaritas, dan memberi penggemar dan pemain amatir siklus reguler dan hasil yang akan mendorong semangat mereka," kata Andrea Agnelli, bos Juventus and wakil ketua European Super League.

Petinggi UEFA, asosiasi sepak bola di Eropa dan pecinta sepak bola angkat bicara. Mereka menolak gagasan pembentukan European Super League.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun