Paris Saint Germain (PSG) menumbangkan tuan rumah Bayern Munchen dengan skor 2-3 pada laga leg pertama perempatfinal Liga Champions Eropa, 8 April 2021.
Permainan keduanya tersaji dengan tempo cepat dan penuh tensi. Sejak peluit babak pertama dibunyikan, Bayern Munchen menginisiasi serangan ke pertahanan Paris.
Laga baru dimulai dua menit, kiper Keylor Navas mesti berjibaku mempertahankan gawangnya. Pertama sepakan Hernandez dari samping kotak penalti. Lalu, sundulan Choupo Moting menyambut tendangan sudut yang menyentuh mistar gawang.Â
Choupo Moting gagal membobol gawang klub yang dibelanya tahun lalu itu. Jika melihat awal laga, Munchen tampil meyakinkan untuk memenangkan pertandingan.Â
Tetapi, keberuntungan memihak Paris ketika Neymar menggiring bola mendekati kotak penalti. Di sebelah ada Mbappe yang turut berlari beriringan dengannya.Â
Posisi Mbappe longgar dari kawalan. Neymar meneruskan bola ke Mbappe dan disempurnakan lewat sepakan terukur untuk menjadi gol pembuka keunggulan PSG pada menit ke-3.
Dinginnya udara bersama butiran salju yang turun ke stadion tak menyurutkan panas permainan. Munchen justru semakin meradang dan terus mencoba melakukan pelbagai serangan untuk menyeimbangkan skor. Nafsu untuk menyerang, namun tak ada gol tercipta.
Malahan Munchen kebobolan untuk kali kedua. Marquinhos yang lolos dari garis offside berhasil menyempurnakan umpan terobosan Neymar. Cukup dua kali sentuhan, pemain Brasil itu sukses mengoyak gawang Neuer. Skor berubah 2-0 untuk keunggulan Paris.
Sang pelatih Hans-Dieter Flick berkali-kali terlihat geregetan dari pinggir lapangan melihat permainan anak asuhnya. Serangan terus dibangun Munchen. Bola entah berapa kali mengalir deras ke arah gawang Navas, tetapi kebanyakan dimentahkan olehnya.Â
Mungkin juga Kimmich merasa bosan heran, berkali-kali mengeksekusi bola mati tetapi kandas tanpa berbuah gol.Â
Sedangkan di pihak lawan, Mbappe yang mengisi barisan depan harus bersabar untuk memperoleh kiriman bola dari rekannya. Setelah dua gol itu, Paris berkonsentrasi penuh untuk bermain bertahan.
Akhirnya, Munchen mulai bernapas lega pada menit ke-37. Pertahanan Paris sukses dijebol. Choupo Moting mencetak gol hasil umpan silang Pavard untuk memperkecil ketertinggalan. Skor 1-2 untuk keunggulan sementara Paris menutup babak pertama.
Bermain di kandang sendiri, Munchen tentu tak ingin dipermalukan. Apalagi sebagai juara musim lalu, mereka punya ambisi untuk mempertahakann gelar tersebut.Â
Memasuki babak kedua, Munchen tak mengendorkan tempo permainan. Mereka semakin brutal melakukan percobaan tembakan ke gawang Navas.Â
Hasil tak mengkhianati usaha. Muller berhasil menciptakan gol penyeimbang pada menit ke-60 menyambut umpan dari tendangan bebas Kimmich yang melengkung masuk ke kotak penalti.
Tetapi, Paris bukan lawan sembarangan. Dari lini belakang sampai lini depan, pemain-pemain Paris bertalenta tinggi. Meski ditinggal Marquinhos yang ditarik keluar lapangan, pertahanan Paris masih tetap rapat untuk mencegah gawang mereka dari kebobolan.
Kerasnya serangan harus diimbangkan dengan pertahanan yang keras. Kimpembe dan bek lainnya tak peduli apa yang akan terjadi. Siapapun pemain Munchen yang sekiranya mengambil ancang-ancang serangan, mereka wajib untuk menyambar dan mematahkan serangan itu, bahkan harus melakukan sliding tackle di kotak penalti yang rawan sekalipun.
Sementara di lini depan, Paris memiliki Draxler, Mbappe, Neymar dan Di Maria siap menyambut serangan balik. Terbukti, Mbappe menyarangkan gol keduanya untuk keunggulan Paris 3-2 atas Munchen.
Keunggulan Paris bertahan sampai wasit membunyikan pluti menutup jalannya pertandingan. Paris membuka peluang untuk lolos ke semifinal. Berkat dua golnya, Mbappe dinobatkan sebagai man of the match.
Permainan efektif dan efisien
Dari segi permainan, Munchen sangat mendominasi jalannya pertandingan. Laga ini sekilas mengingatkan pada laga final Liga Champions tahun lalu yang sama-sama mempertemukan Paris dan Munchen.Â
Munchen boleh saja menguasai jalannya pertandingan. Secara statistik, klub Bavaria ini tampil perkasa, mencatatkan 61 persen penguasaan bola, sedangkan Paris hanya 39 persen.Â
Belum lagi banyaknya tembakan ke gawang. Munchen sepanjang pertandingan menyodorkan 31 kali percobaan tembakan ke arah gawang dengan 12 tembakan tepat sasaran.Â
Jumlahnya jauh di atas Paris yang hanya melakukan 6 kali percobaan dengan 4 tembakan tepat sasaran. Perbandingan keduanya bagai langit dan bumi. Munchen digdaya secara statistik, namun bagaimanapun juga sepak bola adalah tentang kemenangan dan gol.Â
Paris telah membuktikannya. Mereka benar-benar bermain efektif meski lebih sedikit dalam menguasai pertandingan. Jika merujuk statistik tembakan ke gawang, maka Paris memperlihatkan bahwa mereka dalam tiap melakukan tembakan percobaan, maka berpeluang besar untuk terciptanya gol.Â
Di sisi lain, Paris juga memperlihatkan permainan efisien, tak perlu banyak keringat bercucuran ketika berada di barisan lawan. Mbappe dan Neymar membuktikan keterampilan mereka. Kecepatan, ketenangan dan akurasi adalah kunci untuk mencetak gol.Â
Dua gol Mbappe tercipta lewat eksekusi yang tenang. Kemenangan PSG merupakan sesuatu yang di luar dugaan.Â
Andai bukan Mbappe dan Neymar yang diturunkan, andai pula pertahanan tak solid, mungkin keadaan bisa berbalik menjadi kemenangan telak untuk Munchen.Â
PSG mungkin saja dapat nasib sama dengan Barcelona yang dipermalukan 2-8 oleh Munchen pada laga perempatfinal Liga Champions tahun lalu.Â
Tetapi fakta yang terjadi hari ini, Paris membungkam Munchen di kandang sendiri.Â
Satu hal yang tak dapat dilupakan dari PSG adalah mereka terlihat belajar banyak dari kegagalan pada musim-musim sebelumnya. Pengalaman pahit itu mematangkan permainan dan semangat para pemain tatkala bertemu klub-klub besar yang pernah ditemui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H