Bukan rahasia umum jika produk China dengan harga murahnya membanjiri pasar lokal Indonesia. Imbasnya menekan produk UMKM.
Salah satu yang fenomenal belakangan ini ialah keberadaan penjual Mr Hu yang diduga dari China. Barang dagangannya diburu banyak orang Indonesia melalui marketplace Shopee.
Seolah menyambung dalam perkembangan yang ada, Presiden Joko Widodo angkat bicara. Ia tegas mengajak masyarakat untuk membeli produk-produk dalam negeri sekaligus menggaungkan benci produk-produk dari luar negeri, Kamis (4/3/2021).
Menteri Perdagangan M Lutfi mengaku keberadaan pelapak asing ini mengancam eksistensi UMKM.Â
Ia memberi contoh, pelaku e-commerce menggunakan artificial intelligence (AI) untuk mengambil ide, desain, dan penjualan UMKM penjual busana Muslim di Indonesia.
Menurutnya hal tersebut berpotensi menghancurkan UMKM Indonesia dan pihaknya berusaha menciptakan pasar yang adil dan membuat perdagangan yang bermanfaat bagi pembeli, konsumen, dan produsen.
Ia pun menengarai adanya praktik predatory pricing dibalik penjualan murah barang.
Jokowi bukan satu-satunya pemimpin yang kecewa dengan maraknya produk impor masuk ke pasar lokal. Gempuran produk impor China sudah menjadi kekhawatiran sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat.
Mantan Presiden AS Donald Trump adalah orang yang paling vokal melawan produk-produk China yang mengancam pasar Amerika.Â
Tindakan Trump dengan mengenakan tarif masuk tambahan memicu terjadi perang dagang AS-China yang menghangat sejak 3 tahun terakhir.
Pemerintahan Donald Trump bahkan merilis laporan yang mengungkap taktik China dalam upaya pencurian kekayaan intelektual mereka.Â
Tidak mengherankan bahwa mereka berhasil menduplikasi dan mengembangkan produk sehingga mampu menguasai pasar global.
Bagaimana mereka melakukannya? Berikut 3 taktik China merebut pasar dunia merangkum pelbagai sumber dan kasus.
1. Kerjasama dengan perusahaan lokal
China dalam mengembangkan produknya bekerja dengan cara yang halus. Mereka menggunakan mekanisme yang semula terlihat formal namun menjadi peluang untuk mendapat apa yang diinginkan.
Keith Bradsher dalam tulisannya di New York Times, 15 Januari 2020, mengungkapkan China terkadang mengharuskan perusahaan asing yang ingin membuka usaha di sana membentuk usaha patungan dengan perusahaan lokal.
Kasus ini ditemukan dalam industri otomotif. Di sana, perusahaan diharuskan juga melakukan persentase tertentu dari nilai produk mereka supaya diproduksi secara lokal.
Ini pernah terjadi pada perusahaan turbin angin dan panel surya. Pada 2005, Beijing mengamanatkan supaya 70 persen turbin angin diproduksi di dalam negeri.Â
Gamesa asal Spanyol yang memimpin pasar turbin angin di China pun melatih 500 lebih pemasok di China untuk memproduksi hampir setiap bagian dari turbinnya.
Cara ini sempat dianggap Presiden Obama menyalahi aturan WTO, tetapi sekarang China menjadi produsen turbin terbesar dunia
Hal demikian secara tidak langsung dialami perusahaan teknologi Apple dan Amazon ketika mendirikan usaha dengan mitra lokal untuk menangani data di China.Â
Mereka harus mematuhi undang-undang keamanan internal. Sedangkan perusahaan disebut enggan menuduh mitra China melakukan pencurian karena takut dihukum.
2. Peretasan
Tuduhan peretasan (hacking) menjadi cara lain China memperoleh data perusahaan-perusahaan asing di luar negeri. Pada Juli 2020 lalu, pengadilan Washington pernah mendakwa dua orang LX dan DJ yang dituduh bekerja sama dengan Partai Komunis China.
Peretasan pertama kali ditemukan di situs Hanford Departemen Energi di Washington Timur.
Selain itu, pelaku didakwa telah meretas perusahaan, lembaga pemerintah, non pemerintah, aktivis dan tokoh agama untuk mengambil keuntungan finansial pribadi mereka. Adapun data yang diambil memuat rahasia dagang, teknologi, data, dan informasi pribadi korban yang sensitif dan berharga.
Informasi semacam ini disebut akan memberi pesaing keunggulan pasar dengan memberikan wawasan tentang rencana bisnis eksklusif dan penghematan biaya penelitian dan pengembangan dalam menciptakan produk berdaya bersaing.
Tentunya, dalam penelitian membutuhkan biaya besar sehingga cara-cara pencurian data dan informasi menjadi sangat menguntungkan perusahaan pesaing dalam menghemat pengeluaran. Â
Mereka juga dihadapkan pada tuduhan mencuri kekayaan intelektual perusahaan Amerika dan non-China.
Kasus lain, seorang bernama HZÂ pernah dihukum pada 2020 atas tuduhan spionase ekonomi dan pencurian rahasia dagang dari 2010 hingga 2015.Â
Ia dituduh mencuri rahasia dagang dua perusahaan, Avago dan Skyworks. Hakim menemukan HZ bermaksud mencuri rahasia dagang dan berkomplot untuk sebuah universitas dan kepentingan pemerintah China.
HZ bersama rekannya dahulu sempat bekerja di perusahaan AS tersebut, lalu berbagi rahasia dagang secara ilegal, menghubungkannya dengan salah satu universitas yang menjadi perantara ke pemerintah China. Â Â Â
3. Subsidi
Pemberian subsidi dari pemerintah China kepada perusahaan ekspor merupakan taktik lain untuk merebut pangsa pasar global. Adanya subsidi efektif menekan harga produk China menjadi sangat murah di pasaran luar negeri.
Indonesia telah merasakannya. Selain adanya Mr Hu, beberapa tahun sebelumnya industri tekstil dan baja, misalnya, sudah kewalahan menghadapi gempuran produk murah dari China.
The Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) mencatat subsidi yang diberikan kepada perusahaan eksportir baja China antara lain energy subsidies, loan interest subsidies, direct financial grant, direct cash grants, equity infusion, tax break, tax rebate, dan land acquisition.
Tax rebate adalah potongan pajak ekspor sebesar 13 persen yang diberikan kepada eksportir baja paduan. Dengan demikian, baja yang beredar di pasar lokal menjadi sangat murah dibanding produk buatan dalam negeri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H