Mereka harus mematuhi undang-undang keamanan internal. Sedangkan perusahaan disebut enggan menuduh mitra China melakukan pencurian karena takut dihukum.
2. Peretasan
Tuduhan peretasan (hacking) menjadi cara lain China memperoleh data perusahaan-perusahaan asing di luar negeri. Pada Juli 2020 lalu, pengadilan Washington pernah mendakwa dua orang LX dan DJ yang dituduh bekerja sama dengan Partai Komunis China.
Peretasan pertama kali ditemukan di situs Hanford Departemen Energi di Washington Timur.
Selain itu, pelaku didakwa telah meretas perusahaan, lembaga pemerintah, non pemerintah, aktivis dan tokoh agama untuk mengambil keuntungan finansial pribadi mereka. Adapun data yang diambil memuat rahasia dagang, teknologi, data, dan informasi pribadi korban yang sensitif dan berharga.
Informasi semacam ini disebut akan memberi pesaing keunggulan pasar dengan memberikan wawasan tentang rencana bisnis eksklusif dan penghematan biaya penelitian dan pengembangan dalam menciptakan produk berdaya bersaing.
Tentunya, dalam penelitian membutuhkan biaya besar sehingga cara-cara pencurian data dan informasi menjadi sangat menguntungkan perusahaan pesaing dalam menghemat pengeluaran. Â
Mereka juga dihadapkan pada tuduhan mencuri kekayaan intelektual perusahaan Amerika dan non-China.
Kasus lain, seorang bernama HZÂ pernah dihukum pada 2020 atas tuduhan spionase ekonomi dan pencurian rahasia dagang dari 2010 hingga 2015.Â
Ia dituduh mencuri rahasia dagang dua perusahaan, Avago dan Skyworks. Hakim menemukan HZ bermaksud mencuri rahasia dagang dan berkomplot untuk sebuah universitas dan kepentingan pemerintah China.
HZ bersama rekannya dahulu sempat bekerja di perusahaan AS tersebut, lalu berbagi rahasia dagang secara ilegal, menghubungkannya dengan salah satu universitas yang menjadi perantara ke pemerintah China. Â Â Â