Pandemi Covid-19 telah memberi banyak perubahan dan pergeseran terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Kegiatan belajar dan pekerjaan dilewati melalui perangkat digital.
Lagi-lagi, digitalisasi menjadi isu yang harus disikapi oleh dunia ketenagakerjaan, terutama anak muda dan angkatan kerja setelah pandemi Covid-19.
Keadaan ini menjadi perhatian bagi pemerintah, pengusaha dan pihak lainnya untuk menyiapkan SDM unggul ke depannya.
"Sektor ketenagakerjaan mengahadapi isu yang luar biasa berat karena pengaruh digitalisasi dan pandemi, dimana dalam kondisi ini pengaruh akan teknologi akan sangat besar," kata Wakil Ketua Umum Kadin bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Anton J Supit dalam siaran pers, 23 Februari 2021.
Kadin sendiri mendukung kebijakan pemerintah untuk mengedepankan sistem pendidikan dan pelatihan vokasi. Bagi pengusaha model pendidikan dan pelatihan diharapkan dapat berorientasi pada transformasi digital.
Lalu, bagaimana pengusaha menyiapkan lapangan kerja kepada angkatan kerja Indonesia?
Anton J Supit mengatakan Kadin akan terus mendorong seluruh elemen dunia usaha untuk penyerapan tenaga kerja sebanyak-banyaknya. Jumlah usia produktif di Indonesia akan terus meningkat sepanjang masa bonus demografi.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan Roeslani mengatakan, UMKM mempunyai potensi yang sangat penting di mana penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut sangat besar.
Seperti dikemukakan sebelumnya, yang menjadi perhatian di sini ialah tenaga kerja yang terserap nantinya diharapkan SDM unggul supaya mendorong daya saing UMKM. Karena itu, UMKM diharapkan mampu memanfaatkan program vokasi.
Program vokasi akan menjamin UMKM memiliki akses terhadap SDM unggul. Tentunya, untuk membentuk SDM unggul, perlu sistem yang matang, terencana dan memperhatikan seluruh elemen yang ada.
Adopsi model Jerman
Menurut Rosan,dari pengalaman yang ada, untuk mempersiapkan SDM unggul, sistem pendidikan dan pelatihan perlu dirancang dengan muatan yang harus mengantisipasi perkembangan teknologi dan transformasi ke depan.
"Ada beberapa model pendidikan dan pelatihan vokasi yang bisa diterapkan. Dan melihat kebutuhan yang ada saat ini, Kadin Indonesia mengusulkan untuk memprioritaskan skema vokasi dengan model ganda yang mengedepankan kolaborasi antara dunia usaha dengan dunia pendidikan atau pelatihan," kata Rosan.
Lalu yang tidak kalah penting adalah keterlibatan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI). Rosan mengatakan, keterlibatan industri dalam pengembangan SDM akan mempercepat penyiapan SDM unggul dan mengurangi mis-match yang selama ini terjadi.
Sektor swasta perlu mempersiapkan diri sehingga mampu menjadi mitra pemerintah dalam mengembangkan SDM Indonesia.
Untuk mempersiapkan DUDI itulah, pelaku usaha di Indonesia dalam hal ini Kadin Indonesia didukung IHK Trier (KADIN Trier - Jerman) melakukan inisiatif menerbitkan Buku Panduan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi di dalam perusahaan berdasarkan pengalaman di Jerman dan negara lainnya yang berhasil menjalankan vokasi.
Pola yang diadopsi dalam buku panduan tersebut sudah diterapkan di negara-negara tetangga Malaysia dan Singapura karena mampu menjamin daya saing global dan masa depan generasi muda.
Buku panduan itu diluncurkan pada 23 Februari 2021. Rosan menjelaskan, konten di dalam buku ini menjelaskan persyaratan minimal untuk menjamin kesuksesan vokasi.
Persyaratan tersebut diantaranya:
- kurikulum pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada transfromasi industri,
- kemitraan antara sektor pendidikan dengan sektor swasta,
- pelatih di industri dan guru sekolah yang berkualitas, penjaminan mutu, dan
- standarisasi yang diakui secara nasional dan internasional
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H