Bagi Fowler, wacana itu sudah tersusup ideologi. Kebenarannya menjadi distorsi. Manusia dianggap menglasifikasi dunia yang kompleks dengan menyederhanakan fenomena objektif dan membuatnya menjadi sesuatu yang dapat dikelola, Santoso (2008: 8).Â
Klasifikasi tersebut kemudian menjadi sesuatu yang alamiah (natural) dalam pandangan masyarakat. Wacana kemudian dipakai sebagai asumsi dan mempercayainya sebagai akal sehat atau pengetahuan umum (common sense), lalu memandangnya sebagai sebuah kebenaran.
Bahasa pun dapat mengkristalisasikan dan menstabilisasikan ide-ide. Maka, sekiranya sangat penting untuk masyarakat memiliki kesadaran berbahasa. Bagi Fowler struktur bahasa yang dipilih menciptakan jaring makna untuk mendorong manusia menuju sebuah perspektif tertentu. Jaring makna ini ditentukan oleh pemberian ideologi atau teori tertentu. Pembaca diajak untuk menemukan susupan ideologi dalam bahasa.
Sekarang, menanggapi cuitan Refly Harun, "kalau saya bilang pejabat itu bodoh dan memang bodoh. Apakah ini kategorinya: kritik, fitnah, hinaan, ujaran kebencian, atau berita bohong?", mengingat perangai, konteks dan situasi saat ini masyarakat membahas ujaran kebencian yang diandaikan dapat berujung pada pelaporan ke pihak Kepolisian, maka itu dapat dimengerti sebagai kritik.
Namun, jika ucapan bodoh yang semata ditujukan untuk menerangkan karakter seseorang dilakukan sebagai rutinitas, tindakan ini sama saja menumpulkan sendiri sistem pengetahuannya dan menyumbat imajinasi. Keterbatasan pengetahuan digunakan untuk mendefinisikan orang lain. Ini akan menjadi paradoks.Â
Padahal, pencarian kebenaran tidak mutlak mengandaikan subjek sebagai pusat pengetahuan yang harus terus diselidiki. Tidak heran apabila pelabelan selama ini justru lebih banyak disemarakkan sebagai "pesta", sementara predikat terlewati.
Dapat dipahami bahwa dalam dunia akademis, judgement merupakan sesuatu yang wajar dalam rangka menguji kekokohan argumen, apakah ia kuat atau mudah dipatahkan. Karena itu, kemungkinan yang tepat untuk mempercakapkan suatu topik adalah menyediakan ruang yang didesain menyerupai forum debat akademisi. Bila percakapan ini dilakukan di media sosial, saya malah teringat pada Donald Trump.
Kalau saya bilang pejabat itu bodoh dan memang bodoh. Apakah ini kategorinya: kritik, fitnah, hinaan, ujaran kebencian, atau berita bohong?--- Refly Harun (@ReflyHZ) February 16, 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H