Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tanggapan Atas Cuitan Refly Harun, Apakah Menyebut Pejabat Bodoh Kritik, Fitnah, atau Ujaran Kebencian?

17 Februari 2021   12:08 Diperbarui: 17 Februari 2021   13:04 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa adalah simbol pengertian. Karena itu, jangan harap si Polan pemuda Thailand Selatan itu akan bereaksi menanggapi cuitan Refly Harun sebab ia memang tidak mengetahui arti tulisan tersebut apalagi mengetahui siapa itu Refly Harun.

Apakah si Polan bisa disebut sebagai orang bodoh? Tentu saja tidak. Pada saat dia membaca cuitan tersebut, dia tidak memiliki pengetahuan dan referensi apapun terhadap simbol dan kata-kata dari Refly Harun.

Karena itu, pengetahuan adalah prasyarat untuk mendorong terjadinya diskursus.

Masalah yang timbul kemudian, cuitan tersebut mencoba menguji pengetahuan kita terhadap bodoh. Dengan kata lain, kita terlebih dahulu perlu mengetahui apa itu pengetahuan dan pengertian.

KBBI daring mengartikan bodoh sebagai 

1. tidak lekas mengerti; tidak mudah tahu atau tidak dapat (mengerjakan dan sebagainya);
2. tidak memiliki pengetahuan (pendidikan, pengalaman);
3 cak terserah (kepadamu). 

Definisi yang dikutip dari KBBI daring pun hanya satu dari sekian cara dalam menemukan makna. Makna kamus adalah makna leksikal. Definisinya berbeda dalam disiplin ilmu yang dikaji dalam studi psikologi, keagamaan dan rumpun ilmu pengetahuan lainnya. Penyelidikan yang berlaku pada disiplin ilmu masing-masing memiliki kerangka, tujuan, metode dan pendekatan berbeda dengan keluaran yang berlainan.

Misalnya, kita mengutip pendapat Notoatmodjo. Ia membagi pengetahuan atas enam tingkatan, antara lain:

1. Tahu (know)
2. Memahami (comprehension)
3. Aplikasi (aplication)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)

Pendekatannya berlainan lagi ketika dihadapkan pada studi filsafat fenomenologi, rasio, empiris dan sebagainya. Ini juga masuk dalam kajian bahasa dan analisis wacana. Pada dasarnya, wacana merujuk pada tuturan meski akhirnya digunakan dalam menganalisa teks. Tuturan dan teks adalah bangunan bahasa yang berbeda. Semua ini berakar dari pemikiran Ferdinand de Saussure yang membagi bahasa dalam dua bentuk, langue (bahasa) dan parole (ucapan).

Tetapi sering waktu, bahasa tidak lagi dipandang semata terbatas sebagai ujaran. Teks juga memiliki kekuatan untuk membangun konsep, sistem berpikir dan ide terhadap masyarakat. Muncullah aliran lingustik kritis, salah satu pembawanya adalah Roger Fowler.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun