Ketika Presiden Joko Widodo meresmikan bendungan Tukul di Pacitan, Jawa Timur, pada 14 Februari 2021, perhatian orang tertuju kepada Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.
Bendungan Tukul sejatinya memiliki manfaat untuk penyediaan air baku, irigasi, pengairan sawah dan pengendalian banjir. Kesejahteraan masyarakat diharapkan dapat terangkat naik.
Akan tetapi, publik lebih tertarik membahas peresmian bendungan tersebut sebagai bentuk penyampaian pesan politik. Tarikannya dibawa dari persoalan upaya 'ambil alih paksa' Partai Demokrat.Â
Ketum Partai Demokrat Agus Yudhoyono kala itu sempat berkirim surat kepada Presiden Jokowi.Â
Ia ingin meminta klarifikasi lantaran orang penting di Istana diduga turut terlibat yang belakangan ini menyinggung Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.Â
Namun surat tidak dibalas karena menyangkut isu internal partai.Â
Pentas politik pun berlanjut. Media sosial sempat tersesak adu argumen warganet untuk mencari tahu banyak mengenai hal tersebut.Â
Partai Demokrat tidak dapat dilepaskan dari sosok SBY yang sekarang menjabat Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat sekaligus pendiri partai berlogo bintang Mercedes tersebut.
Pacitan sendiri adalah kampung halaman SBY. Daerah di ujung barat Jawa Timur ini sudah melekat lama untuk menceritakan sosok Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat tersebut.
Di Pacitan pula akan berdiri Museum dan Galeri Seni SBY-ANIÂ untuk menjelaskan posisi SBY dan tanah kelahirannya.
Bagaimanapun komunikasi politik mensyaratkan tindakan aktif.Â
Pembacaannya mencakup lebih dari satu dimensi, termasuk sosial dan budaya. Apalagi Pak Jokowi dan Pak SBY adalah orang Jawa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan.
Telaahnya bisa sangat luas dan mendalam karena kemajemukan masyarakat Indonesia.
Saya kali ini tertarik untuk melihatnya secara universal.Â
Kunjungan Pak Jokowi ke Pacitan seperti memperlihatkan dirinya bertetangga dengan Pak SBY.
Biarpun Pacitan terletak di Jawa Timur, jangan bayangkan lokasinya jauh dari Jawa Tengah.Â
Daerah ini justru lebih dekat dengan Solo, kampung halaman Pak Jokowi, ketimbang Ibu Kota Surabaya.Â
Waktu tempuh Solo-Pacitan kurang lebih tiga jam.
Selepas dari Pacitan, Pak Jokowi menyempatkan waktu untuk berziarah ke makam orangtua di Karanganyar. Memang dekat.
Di tingkat masyarakat juga demikian. Dalam keseharian, warga dua daerah ini saling terhubung, salah satunya berkat bus Aneka Jaya yang saban hari berangkat Solo-Pacitan pulang pergi.
Jadi, kehidupan harmonis itu sudah terjalin lama, saling mengisi dan tolong-menolong untuk mendorong roda perekonomian dua wilayah, umpamanya tenaga kerja.Â
Paling tidak Pak supir dan awak bus mendapatkan nafkahnya karena Solo-Pacitan. Mau wisata ke Pantai Teleng Ria di Pacitan, bisa menumpang bus ini.
Namanya tetangga. Jangan sampai beda pilihan politik membuat kehidupan bertetangga malah tidak akur.
Kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H