Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Amanda Gadis Pemberontak (Bagian 1)

15 Februari 2021   05:52 Diperbarui: 15 Februari 2021   06:26 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gadis. (Foto: Ohurtsov/Pixabay) 

Aku adalah orang yang sangat terobsesi terhadap musik. Seharusnya itu memudahkanku untuk menarik perhatian gadis-gadis. Tapi kenyataannya aku orang yang payah untuk memiliki pacar.

Satu waktu aku pernah mengunjungi tenda-tenda biru di sudut kota. Setelah berbicara dengan gadis yang lebih tua dariku, ia mengatakan tidak mau melayaniku.

"Aku bekerja, bukan untuk diwawancara untuk studi," katanya.

Aku sebelumnya mengatakan kepadanya ingin melakukan penelitian di sana, rata-rata usia berapa yang pernah menemuinya. Ini cara memulai paling konyol.

Selebihnya, aku menakuti nasib di dunia ini hingga mengurung diri lebih lama di kamar. Aku melihat dunia dari balik jendela dan layar komputer.

Kecuali Amanda. Kami berkenalan lima bulan lalu dari sebuah pentas seni. Aku memiliki band sebagai gitaris merangkap vokalis bersama dua temanku, Riwan dan David.

Saat itu, kami tampil untuk mengisi acara. Selesai memainkan dua lagu, turun dari panggung, aku secara tidak sengaja berpapasan dengan Amanda.

Gadis yang menggulung rambutnya menjuntai ke atas. Amanda datang sebagai penonton. 

Celak hitam menggarisi kelopak matanya. Aku menyukai dia sejak pandangan pertama dan mengajaknya mengobrol untuk beberapa saat dengan terbata-bata dan memaksa untuk terus mencari topik pembicaraan.

Tanpa disangka, aku berhasil mendapatkan nomor ponselnya, sepertinya dia telah tahu maksudku. Lama-kelamaan kami sering berkomunikasi, akrab dan sesekali bertemu. Bukan untuk berkencan.

Amanda adalah orang yang berpikiran terbuka. Aku merasa kami memiliki keburukan yang sama dengan sedikit perbedaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun