Media tidak perlu disalahkan dalam menyampaikan laporan demikian. Sekarang, sebagai pembaca, muatan laporan itu hendaknya dicermati secara kritis.
Bloomberg dan Bisnis dalam merilis data telah memaparkan metode dan klaim mengenai kalkulator perkiraan itu.Â
Bloomberg menjelaskan bahwa perkiraan diambil menggunakan kecepatan rata-rata vaksinasi terbaru dari suatu negara.
Di situ juga mereka menerangkan bahwa "saat jumlah vaksinasi meningkat, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ambang 75 persen akan turun."
Perhitungan mereka mencakup dua dosis per orang dalam populasi tetapi tidak membedakan antara dosis pertama atau dosis kedua yang diadministrasikan. Cara ini bisa mendistorsi tingkat vaksinasi harian dan tidak tersedia di lebih 20 persen negara yang mereka lacak.
Kalkulator Bloomberg menyertakan anak-anak dalam populasi yang perlu dilindungi meski vaksin belum diizinkan untuk anak-anak.
Tujuan vaksinasi Covid-19 adalah mencapai kekebalan kelompok. Bloomberg dalam laporannya, memasukkan pendapat dr Anthony Fauci yang menyarankan vaksinasi Covid-19 mencakup 70-85 persen populasi agar kita dapat kembali beraktivitas normal.
Pendapat serupa dikemukakan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng Mohammad Faqih. Ia menyebut kekebalan kelompok tercapai bila 70 persen penduduk Indonesia divaksin, mengutip Tirto.id.
Pemerintah sendiri mengatakan total sasaran vaksinasi di Indonesia sebanyak 181,55 juta orang atau mencapai 70 persen populasi, mengutip laman web Kementerian Kesehatan.
Ini hipotesis saya, kalkulator perkiraan tingkat vaksinasi Bloomberg perlu dilihat sebagai gambaran atau petunjuk.Â
Tujuannya, supaya mendorong masing-masing stakeholder meningkatkan kerja sama untuk memastikan ketersediaan vaksin, distribusi, dan pelaksanaan vaksin Covid-19 terlaksana baik.