Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengenang Trump: Kamu Tidak Punya Baja, Kamu Tidak Punya Negara

26 Januari 2021   20:11 Diperbarui: 26 Januari 2021   20:21 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media baru-baru ini memberitakan bahwa industri baja nasional menghadapi lagi tekanan pada awal tahun 2021. 

Penyebabnya, adanya tantangan akibat membanjirnya baja impor murah dari China.  

Tetapi masalah ini bukan kali ini saja muncul, sudah bertahun-tahun lamanya. Dan tidak henti-hentinya industri baja nasional menyerukan hal ini.

Murahnya baja hilir impor dari China mengganggu pasar domestik. Produk baja hilir lokal kalah bersaing. 

Jika dibiarkan, industri baja lokal bakal terancam gulung tikar.

Pemerintah pun mengeluarkan kebijakan trade remedies seperti antidumping dan safeguard.

Ada pengenaan bea masuk tambahan untuk produk baja impor dari China sehingga harganya menjadi mahal ketika sampai ke pasar Indonesia.

Artinya, produk baja impor dan lokal akan sama-sama bersaing secara sehat.

Kebetulan safeguard untuk produk baja I-H section sudah melewati masa berlaku tiga tahun sejak dilaksanakan 2018.

Namun, ketika hendak diperpanjang, produsen baja 'terlambat' untuk mengajukan aplikasi perpanjangan yang seharusnya diajukan 6 bulan sebelum berakhirnya safeguard pada Januari 2021.

Nah, ini menjadi kekuatiran para produsen baja. Jika ingin mengajukan aplikasi lagi, harus menunggu dua tahun.

Tentu menunggu dua tahun keadaannya sudah berbeda. Sekarang napas industri baja nasional di ujung tanduk. 

Imbasnya dapat merembet ke persoalan PHK terhadap seratus ribu pekerja, menurut Presiden KSPI Said Iqbal pada pekan lalu.

Semoga kabar tersebut tidak benar-benar terjadi. Tidak ada yang menginginkan kabar tersebut tersiar, tetapi ini pula kerisauannya yang harus dipikirkan.

Baja dari China memang sangat unggul dari segi harga lantaran pemerintah di sana memberikan pelbagai kebijakan subsidi.

Sedangkan produsen baja nasional harus berusaha keluar dari kutukan inefisiensi dari persoalan harga, lingkungan sampai ke teknologi permesinan.

Bukan hanya Indonesia yang khawatir. Produsen baja Amerika Serikat juga sama was-wasnya akan membanjirnya impor baja dari China pada 2021.

Tantangan lain yang harus mereka cari jalan keluarnya saat ini adalah kelebihan kapasitas baja global.

Karena itulah, industri baja di Amerika sempat menyerukan agar Presiden Joe Biden melanjutkan pengenaan tarif dan kuota impor baja dan aluminium 25 dan 10 persen warisan Donald Trump sejak 2018 lalu.

Soal tarif, ini menjadi satu bagian yang mewarnai perang dagang AS-China. Trump meneken pengenaan tarif tersebut pada 2018 silam di Gedung Putih didampingi para pekerja baja dan aluminium.

"Industri baja dan aluminium yang kuat sangat vital untuk keamanan nasional kita, sangat vital."

"Baja adalah baja. Kamu tidak punya baja, kamu tidak punya negara," kata Trump saat mengumumkan pemberlakuan tarif tersebut, 8 Maret 2018 silam.

Setidaknya, dengan adanya pengenaan tarif dan kuotar impor, industri baja di Amerika dapat berproduksi normal.

Mungkin, bagi kita yang berjiwa nasionalis, pastinya akan sangat mendesak agar industri baja harus diselamatkan.

Tapi cobalah melihat sikap Trump dan Joe Biden. Meski mereka kerap berselisih pendapat sewaktu kampanye Pilpres 2020, mereka tampaknya memiliki kesamaan pandangan soal impor baja dari China.

Joe Biden sewaktu kampanye Pilpres AS pernah mengatakan akan mempertahankan pengenaan tarif dan kuota impor baja dan aluminium sampai menemukan solusi untuk masalah kelebihan kapasitas baja global.

Demikian pengenaan safeguard atau tindakan perlindungan lainnya harus dilakukan dengan hati-hati, terukur termasuk dampaknya ke sektor lain.

Dalam liberalisasi perdagangan, negara tidak boleh terlalu ketat menghalangi perdagangan lintas negara. Ada WTO yang mengawasi supaya perdagangan internasional berlangsung adil.

Demikian hitungan untuk perekonomian dalam negeri.

Kita ambil contoh Amerika. Trump sewaktu menjadi Presiden AS mengenakan tarif dan kuota impor baja dan aluminium. Harga baja menjadi mahal.

Imbasnya, industri pengguna baja malah ikut tertekan.

Wall Street Journal (WSJ) dan pengamat ekonomi dari Universitas California Kadee Russ mengkritik keras kebijakan tarif dan kuota ini.

Pada Oktober 2020, WSJ menerbitkan artikel berjudul "Tarif Tidak Memacu Kebangkitan Baja Amerika".

Dalam artikel itu, pengenaan tarif disebut merugikan sejumlah pabrik di AS, seperti sektor otomotif dan produk peralatan rumah tangga.

Bea masuk terhadap baja dan aluminium membuat harga bahan baku menjadi lebih tinggi.

Ini dilematisnya.

Industri baja dapat bernapas karena pemberlakuan tarif.

Tetapi industri pengguna baja malah keteteran karena harga barang produksi mereka secara tidak langsung ikut tergerek naik ketika dijual ke konsumen.

Masalahnya, industri pengguna baja ini termasuk banyak jumlahnya.

Lebih lanjut, Kadee bersama Lydia Cox dari Universitas Harvard mengulas dampak tarif dan kuota impor baja dan aluminium yang dipublikasikan di Econofact, 6 Februari 2020.

Menurut mereka, hampir 2 juta pekerjaan berada di industri yang menggunakan baja secara intensif sebagai input mereka.

Industri mana saja yang menggunakan baja secara intensif di AS?

Industri pengguna baja baik yang langsung dan tidak langsung melalui input terbuat dari baja adalah mesin dan peralatan, produsen suku cadang mobil dan sepeda motor, peralatan rumah tangga, mesin pertanian, mesin pertambangan, ekstraksi minyak, konstruksi, baterai, dan kendaraan militer.

"Tarif menyulitkan produsen AS untuk bersaing dengan pesaing mereka baik di dalam negeri maupun di pasar ekspor."

"Tarif baja mungkin telah menciptakan peningkatan sekitar 1.000 pekerjaan dalam produksi baja."

"Namun, peningkatan biaya input kepada pabrik AS dibandingkan pesaing asing akibat tarif section 232 pada baja dan aluminium kemungkinan besar telah mengakibatkan berkurangnya 75.000 pekerjaan manufaktur di perusahaan-perusahaan di mana baja atau aluminium menjadi input dalam produksi," tulis ulasan Lydia Cox dan Kadee Russ.

Tudingan yang memojokkan ini mendapat tanggapan.

Presiden American Iron and Steel Institute Kevin Dempsey memberikan pembelaan dalam opini "Tarif membantu Industri AS" yang dimuat WSJ 6 November 2020.

Dia bilang, tarif bea masuk berhasil menurunkan pangsa pasar baja impor.

Efeknya, terjadi peningkatan utilisasi pabrik baja lokal.

Kemudian, efek tarif bea masuk memungkinkan produsen baja mengaktifkan kembali fasilitas yang menganggur dan mendorong industri untuk melakukan investasi miliaran dolar dalam memperbarui fasilitas baja.

Dalam masa pandemi Covid-19, jika saja bukan karena tarif, dampak yang diterima industri baja lokal bakal jauh lebih buruk.

Sekarang, AS dan negara lain sedang menghadapi ancaman dari kenaikan kelebihan kapasitas baja global di China yang didorong investasi dan subsidi.

Ini bakal menggangu pasar baja global dan mendorong perdagangan baja secara tidak adil.

Karena itu, dalam situasi terkini, tepatlah pengenaan tarif baja untuk mencegah lonjakan impor yang dapat menekan industri manufaktur di AS, kata Kevin. 

Baca juga:

1. Tahun 2021 Baru Seujung Kuku, Industri Baja Nasional Sudah Kembali "Menjerit"

2. Membedah "Sakit Menahun" Industri Baja Nasional serta "Obat" Jangka Pendeknya

3. Seperti Indonesia, Industri Baja Amerika Juga Mengadu ke Joe Biden Soal Ancaman Baja Impor


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun