Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tahun 2021 Baru Seujung Kuku, Industri Baja Nasional Sudah Kembali "Menjerit"

24 Januari 2021   22:48 Diperbarui: 24 Januari 2021   23:45 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mesin produksi menggunakan material berbahan baku baja. (Foto oleh Kateryna Babaieva dari Pexels)

Dari sekian panjang tulisan ini, ternyata masih ada lagi faktor lain yang mempengaruhi importasi ini, yaitu liberalisasi pasar melalui perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan negara lain.

Perjanjian perdagangan itu dilakukan entah melalui bilateral ataupun multilateral, antara lain: Common Effective Prefential Tariff- ASEAN Free Trade Agreement/CEPT-AFTA, Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement/IJ-EPA, ASEAN Free Trade Agreement/ASEAN-FTA dengan Tiongkok/AC-FTA, Korea Selatan/AK-FTA, Selandia Baru/ANZ-FTA, India/AI-FTA dan negara lain-lain. Perjanjian tersebut berpengaruh terhadap penurunan Tarif Bea Masuk (TBM) dari Most Favorable Nation (MFN) hingga 0 persen.

Di atas itu adalah perjanjian perdagangan yang saya kutip dari laman web IISIA. Mereka memiliki sajian lain yang terpampang di situsnya untuk bisa disimak publik. 

Tidak seorang pun berharap Ibu industri terus-menerus menahan sakit parahnya sambil berteriak untuk mendapat perhatian. Terlebih sepahit-pahitnya pabrik pun terpaksa tutup, membayangkannya tidak seperti semudah menutup lapak dagangan.

Melewati masa sulit itu, langkah survival ditempuh industri baja nasional dengan memasarkan produknya ke luar negeri. Hasilnya baik. Volume penjualan ekspor sepanjang semester I 2020 meningkat 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019, dari 2.493 ribu ton menjadi 2.935 ribu ton.

Namun, kalangan industri baja tetap menyerukan pentingnya instrumen trade remedies sebagai jalan untuk mempertahankan industri baja nasional. Ini sekaligus menjadi prasyarat kepada industri besi dan baja nasional agar terus tumbuh berkembang.

"Tanpa kebijakan penerapan trade remedies yang tepat dan efektif maka akan sangat sulit bagi industri besi dan baja nasional untuk dapat bersaing secara adil dengan produk impor. Produsen baja besar dan modern di negara-negara maju juga membutuhkan dukungan kebijakan trade remedies," tulis IISIA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun