Tempat mereka bekerja terancam gulung tikar akibat serbuan baja impor murah dari China yang berdampak terhadap daya saing produk industri baja nasional.
"Baja impor terutama dari China dijual sangat murah di Indonesia. Jika dibiarkan, industri baja nasional akan bangkrut dan 100.000 karyawan terancam PHK massal," kata Said Iqbal yang juga Presiden Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Kamis, 21 Januari 2021 mengutip Kompas.com.
China bukan satu-satunya pemasok baja ke dalam negeri. Ada Jepang, Korea, Taiwan dan Vietnam sebagai pemain besar.
Tetapi, perhatian utama tertuju kepada China lantaran harga bajanya begitu menggiurkan pengguna Tanah Air.
Pemikiran-pemikiran soal harga murah ini yang kerap mempertentangkan, bahkan mengernyitkan dahi. Di satu sisi, konsumen ingin memperoleh produk dengan harga bersaing, sementara kita harus memikirkan keberlangsungan industri baja dalam negeri.
Melihat ancaman PHK besar itu, kita tampaknya tidak lagi berada dalam pilihan, melainkan keharusan berpihak terhadap industri baja nasional.
PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) adalah salah satu korporasi yang mempekerjakan 5.600 karyawan. Nasib perusahaan ini sama malangnya terancam di ujung tanduk akibat gempuran baja impor.
Direktur Public Relations PT GRP, Fedaus, meminta pemerintah memperpanjang safeguard untuk 'mengerem' baja impor yang masuk ke pasar dalam negeri, laporan Tempo.co.
Apalagi sekarang pasar Asia, kata Fedaus, tengah mengantisipasi over supply baja dari China pada tahun ini yang diperkirakan mencapai 1,15 miliar ton.
Sebelumnya Komite Pangamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) menerbitkan surat nomor 01/KPPI/01/2021 tertanggal 12 Januari 2021 yang pada intinya menolak perpanjangan saferguard PT GRP lantaran proses pemeriksaan telah lewat batas waktu.
Safeguard atau bea masuk tindakan pengamanan adalah bea masuk yang dipungut sebagai akibat tindakan yang diambil pemerintah untuk memulihkan kerugian serius dan mencegah ancaman kerugian serius terhadap industri dalam negeri sebagai akibat dari lonjakan impor barang sejenis atau barang yang secara langsung merupakan saingan hasil industri dalam negeri (Rinaldy, Ikhlas, & Utama, 2018).