Misalnya terkait biaya hidup murah di Bali. Hal ini kemudian menjurus pada isu gentrifikasi, yaitu imigrasi penduduk kelas ekonomi menengah ke wilayah kota yang buruk keadaannya atau yang baru saja diperbaharui dan dipermodern, mengutip KBBI versi daring.
Bukan hanya itu. Kekesalan warganet kepada Gray terdorong oleh narasi bule yang meresahkan warga lokal dalam beberapa waktu terakhir.
Salah satunya, kegiatan yoga massal para bule di Ubud pada Juni 2020 di tengah masa pandemi Covid-19.
Dari beribu komentar, hampir tidak ada tanggapan yang mempermasalahkan LGBT atau Queer seperti dituliskan Gray.
Justru, warganet Indonesia melawan tuduhan pembela Gray yang menyebut adanya perlakuan rasis terhadap masalah ini.
Tidak! Ini tidak ada kaitannya dengan ras atau seksual. Keberatan warganet murni karena menyoroti kelakuan Gray.
"Indonesia tidak melawan Anda menjadi hitam atau queer. Tetapi, Anda tinggal di Bali secara ilegal dengan visa yang kadaluarsa, juga tidak membayar pajak, bahkan mencoba untuk membuat uang dari penjualan panduan bagaimana cara pindah yang mendorong perjalanan selama pandemi," tulis @permadiaktivis1 sambil menyertakan mention ke akun Twitter Kristen Gray, 18 Januari 2021.
Setelah berita deportasi Gray tersiar, warganet tampaknya belum terpuaskan. Ada masalah yang belum terjawab.
Beberapa di antaranya, ekspektasi warganet agar masalah pajak Gray ditindaklanjuti, ternyata tidak disinggung dalam rilis hasil pemeriksaan.
Terus, masalah LGBTQ yang tidak disinggung banyak warganet, sebaliknya malah menjadi sorotan Kakanwil Kemenkumham Bali.
Twitter pun kembali ramai membahas pemberitaan deportasi Gray sampai mendorong kata kunci LGBT masuk dalam kolom trending topic.