Beberapa proyek teman, saya bantukan untuk menggarap isiannya. Menyenangkan, semakin saya harus menulis banyak, semakin banyak juga buku dan berita yang harus saya baca dan perbarui setiap harinya, sambil sesekali menggerakkan badan di waktu luang.Â
Pikiran bisa diaktifkan terus, terlebih ketika menulis di Kompasiana, ada nilai tambah kepada penulis untuk dapat menjangkau khalayak pembaca lebih luas, dapat berinteraksi dalam lingkungan yang mempertemukan banyak penulis luar biasa, selain bonus yang diberikan. Mantap!
Namun, saya tidak dapat menyangkal bahwa beberapa teman dan anak muda lainnya harus berada dalam periode quarter life crisis yang membuat mereka dan saya pernah merasa penuh ketidakpastian tentang tujuan hidup.
Ia merasa terjebak hingga semangat untuk menjalani hidup berkurang. Padahal hidup ini harus dilagamkan secara seimbang dengan terus mengaktifkan pikiran saban waktu di manapun berada.Â
Dari situ, terpancinglah diri untuk menghasilkan sesuatu menjadi karya. Sebab karya itulah yang menunjukkan identitas kita sebagai manusia berbudaya.
Jadi saya pikir, Paul McCartney meski di usia 78 tahun terus menghasilkan karya karena memang itulah dirinya dengan musik yang tidak dapat dipisahkan.
Dia barangkali tidak lagi memikirkan 'apa yang harus saya berikan untuk diri saya sendiri', melainkan telah menjadi pandangan 'apa yang dapat saya berikan kepada orang lain'.
Dari waktu-waktu lampau, dia mengumpulkan banyak penghargaan dan kekayaan sejak masa mudanya-- sekarang dia menjadi donatur untuk organisasi perlindungan hewan dan kelompok vegetarian.
Dengan semua yang terjadi, haruskah kita yang muda berperilaku seperti yang tua? Whatever you are, be a good one, kata Abraham Lincoln. Tanpa terasa, usiapun sudah bertambah, mata pun mulai agak kabur akibat terlalu sering di depan layar komputer. Hmmm...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H