Selain itu, ketika banjir terjadi, warga juga diminta untuk mencabut peralatan listrik yang masih tersambung dengan stop kontak. Kemudian, alat elektronik harus dinaikan ke tempat yang lebih aman.
Jika listrik menyala saat banjir merendam wilayah, hubungi contact center 123 atau Kantor PLN terdekat agar listrik dipadamkan di daerah terdampak.
Setelah banjir surut, pastikan bahwa semua alat elektronik dan jaringan listrik sudah dalam keadaan kering untuk menyalurkan energi listrik.
2. Penyakit pasca-banjir
Surutnya banjir juga kerap menimbulkan potensi penyakit seperti diare, demam berdarah dengue (DBD), kencing tikus, ISPA dan sebagainya. Penyakit ini bisa muncul berhubungan dengan air keruh yang mucul pasca-banjir.
Kompas.com melaporkan bahwa diare disebabkan oleh bakteri rotavirus, shigella, E.coli, cryptosporidium, dan lain sebagainya.
Ketika banjir, sumber air bersih khususnya dari sumur dangkal banyak yang tercemar bakteri maupun virus.
Selain itu, daerah terdampak banjir sering menghadapi ketersediaan air bersih. Dalam hal ini peran pemerintah setempat diperlukan untuk mengantisipasi kelangkaan air bersih ke daerah yang sebelumnya sudah dipetakan masuk kategori wilayah terdampak.
Sementara itu, warga perlu memastikan menutup genangan air pasca-banjir untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang doyan membuat sarangnya di genangan air.
Selanjutnya, hal umum yang sering menjadi pemberitaan pasca-banjir adalah munculnya penyakit Kencing Tikus.
Gejala kencing tikus itu ditandai dengan demam tinggi, sakit kepala, mual, muntah, mata merah, menggigil, otot betis sakit, dan sakit perut.
Untuk mencegahnya, pastikan menggunakan sepatu boot saat membersihkan sisa banjir, membersihkan diri atau mandi setelah banjir, dan menghindari diri terkena genangan banjir jika ada anggota tubuh yang terluka.