Cerita rakyat Batu Gantung berasal dari Sumatera Utara yang menceritakan tentang asal-usul nama Parapat.
Parapat adalah kota Kelurahan di tepi Danau Toba yang menjadi ikon pariwisata Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.
Saat berwisata ke Danau Toba, pelancong dapat menyaksikan batu gantung yang terletak di tebing danau. Bila dilihat, batu tersebut tampak menyerupai sosok seorang gadis.
Jadi, begini ceritanya.
Di masyarakat Toba, terdapat cerita rakyat tentang seorang gadis cantik bernama Seruni.
Dia tinggal bersama kedua orangtuanya di desa kecil di sekitar danau. Keluarga mereka juga dilengkapi dengan kehadiran seekor anjing peliharaan.
Satu waktu, orangtua Seruni pernah menjodohkan putrinya itu kepada seorang pria yang tidak lain adalah sepupunya sendiri.
Namun, Seruni menolaknya karena sudah memiliki cinta lain.Â
Ini membuat Seruni dilema, antara mengikuti keinginan orangtuanya atau menahan sakit hati. Hari-harinya dihabiskan banyak dengan merenung dan bersedih.Â
Dalam satu kesempatan, ia pergi untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat ke danau.
Namun, ketika dia hendak melompat, dia justru terjatuh ke dalam lubang gelap.
Anjing peliharaannya yang sedari awal mengikuti Seruni terus menggonggong untuk menarik perhatian orang agar menolong Seruni.
Tapi gonggogan itu gagal membantu Seruni.
Di dalam lubang, Seruni terus berteriak: "Parapat ... Parapat batu ... Parapat" yang artinya, rapatkan batu.
Batu itu pun menghimpit tubuh Seruni. Dari sini, dikenal nama Parapat.
Itu versi pertama. Cerita rakyat batu gantung memiliki versi lain.
Misalnya, mengutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, disebutkan bahwa anjingnya juga ikut melompat bersama Seruni ke jurang karena ingin menyelamatkan majikannya.
Versi lain, yang saya dengar berkali-kali ketika kecil, mengatakan bahwa Seruni tidak sampai jatuh ke danau.
Ketika dia melompat, Seruni malah terhalang di tebing.
Meski terdapat bermacam versi, semuanya memiliki kesamaan dalam plotnya, bahwa Seruni sedih dijodohkan sampai berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
Apa pesan moralnya?
Kisah batu gantung ini adalah kisah tragedi. Salah satu pesan yang sering disampaikan: sebagai anak, jangan melawan perintah orangtua.
Orang tua telah memikirkan masak-masak siapa pasangan yang cocok untuk anaknya.
Tidak ada orangtua yang ingin membuat anaknya bernasib buruk.
Di samping itu, ada pesan moral lainnya yang kurang lebih sama, seperti terangkum di situs ceritarakyatnusantara.com yang meringkas buku karangan Maulana Syamsuri "Danau Toba dan Pulau Samosir dengan Beberapa Dongen Sumatra Utara".
Situs tersebut menyatakan bahwa pesan moral dari batu gantung adalah sifat keputusasaan dan lemah semangat seeprti yang ditunjukkan Seruni dapat berakibat mengerikan yang membuatnya terperosok ke dalam lubang sampai menyebabkan kematian.
Keputusasaan dan lemah semangat sangat dipantangkan orang Melayu. Ada pantunnya:
lembah semangat, mati berulat
lemah iman, mati menyeman
Ini bisa menggambarkan sifat orang-orang Sumatera Utara, yang umumnya, pantang menyerah untuk mencapai tujuannya.
Orang-orang Batak Toba dan sekitarnya juga dikenal patuh dalam mendengar nasihat orangtuanya.
Terutama menyangkut soal jodoh kepada sang anak. Biarpun cinta mati kepada pasangan, apabila tidak mendapat restu, maka sulitlah jalan hidup itu.
Di sisi lain, pesan moral dari batu gantung diambil dari kesetiaan sang anjing terhadap majikannya.
Si anjing peliharaan selalu ada bersama Seruni bahkan sampai ajal menjemput.
Menurutu versi awal tadi, si anjing bahkan sampai ikut melompat mengikuti majikannya.
Ada sisi kesetiakawanan yang tercermin dalam batu gantung.
Dengan kata lain, senang ataupun susah, tetaplah untuk menjaga kesetiaan terhadap teman atau pendamping hidup.
Sumber dan inspirasi:
1. http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/52-Batu-Gantung-Legenda-Kota-Parapat
2. https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=83
3. https://medan.tribunnews.com/2015/12/16/legenda-batu-gantung-dan-asal-muasal-nama-parapat
4. Memori masa lalu
5. Sigaret
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H