Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hujan Membuat Indonesia Menjadi Negara Impor

5 Januari 2021   22:45 Diperbarui: 5 Januari 2021   22:49 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untunglah, tahun 2011 curah hujan kembali normal membasahi Kabupaten Sampang dan Sumenep dengan kemarau panjang sehingga mendukung produksi garam. Mereka akhirnya bisa mencicil sebagian utangnya.

Di sisi lain, garam impor lebih banyak dibutuhkan oleh industri Tanah Air sebagai bahan baku dan bahan penolong untuk industri atau disebut garam industri. Misalnya, industri CAP, makanan dan minuman, farmasi, pertambangan, dan lain-lain.

Tahun 2020, impor garam untuk industri makanan dan minuman sebesar 467.800 ton, laporan Bisnis.com. Impor dilakukan karena kualitas garam nasional diklaim tidak memenuhi kualtias NaCl di atas 97 persen sesuai kebutuhan industri.

Garam petani disebut hanya berada di tingkat 81-96 persen. Akan tetapi, Sekretaris Jenderal Aliansi Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia Faisal Badawi mengatakan kualitas garam lokal tidak kalah dibanding garam impor. Garam lokal ini, katanya, digunakan juga oleh beberapa perusahaan, dikutip dari CNBC Indonesia.

Hujan yang turun sedari akhir tahun 2020, juga menjadi antisipasi bagi petani garam. Tgk Fauzi, petani garam di Pidie, Aceh, melakukan pengolahan garam dengan cara memasak karena curah hujan tinggi tidak memungkinkan dia memakai metode plastik, laporan serambinews.com, 15 Desember 2020.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun