Kenyataannya, pemburu kedelai AS bukan saja dari Indonesia. Ada China. Dan ternyata, pada Desember 2020, China sudah memborong banyak kedelai dari AS, naik dua kali lipat menjadi 30 juta ton.
Ini yang kemudian disinyalir menyebabkan kenaikan harga kedelai.
Jadi, kita harus mencari negara importir baru untuk mencukupi ketersediaan kedelai dalam waktu ke depan. Repotnya begini jika ketergantungan bahan pangan pada negara impor.
Dalam kondisi kelangkaan, harga akan merangkak, sesederhana teori dasar soal penawaran dan permintaan.
Teori dasar yang bertahun-tahun untuk menghantui kecurigaan masyarakat kepada importir
Tahu dan tempe ini panganan rakyat karena harganya bersahabat di kantong, tetapi kandungan proteinnya luar biasa.
Makanya, kenaikan harga merupakan sesuatu yang sangat tidak diharapkan baik produsen maupun konsumen.
Setahu dan seingatku, tahu dan tempe tidak memiliki harga acuan seperti harga daging ayam.Â
Jadi, memperkecil ukuran tahu dan tempe adalah pilihan yang tepat supaya harga jual kepada konsumen terjangkau.
Eh, biarpun ukurannya kecil dan harganya murah meriah, saat terjadi kenaikan harga, yang dipikirkan menjadi luas dan banyak: konsumen, importir, pengrajin, petani, Amerika Serikat.Â
Tetapi, pengrajin tahu dan tempe harus utama dan dipertahankan.Â