Pebincangan tingkat politik orang dewasa tentang bantuan UNICEF tentu tidak mudah dipahami anak-anak.Â
Kelaparan merupakan perkara sederhana untuk diselesaikan: makan. Anak-anak juga hanya memahami bahwa musim Natal adalah momentum yang ditunggu karena waktunya untuk berbahagia.
Rasanya tidak sulit menyelesaikan kelaparan di sana. Inggris memiliki deretan klub sepakbola terkaya di dunia.Â
Mereka memiliki para bilionaire yang tentu tidak ragu menyerahkan sebagian harta mereka untuk didonasikan.
Apalagi jumlah 25.000 Poundsterling hanya seperempat dari gaji mingguan para pemain klub sepakbola London, Chelsea.
Tetapi, melihat negara kaya seperti Inggris ternyata bisa gagap menghadapi persoalan perut menunjukkan bagaimana politik menyebabkan orang dewasa dapat rentan kekanak-kanakan dalam menanggapi hal sederhana.
Di Indonesia, tepatnya di Pulau Nias belum lama ini tersiar juga berita seorang Ibu membunuh anak-anaknya karena himpitan ekonomi.Â
Jikalau Inggris layak menjadi pembanding untuk tragedi serupa di Indonesia, bukan berarti itu menjadi pembenaran untuk membiarkan hal-hal memalukan lepas ditiup angin lalu.
Jacob Rees-Mogg says UNICEF "should be ashamed of itself" for engaging in a "political stunt of the lowest order" by spending thousands of pounds feeding hungry children in the UK when it is "meant to be looking after people in the poorest, most deprived countries in the world".--- Rob Powell (@robpowellnews) December 17, 2020
And this is why I need your help. We have to come together to protect our most vulnerable. We all have a role to play here x https://t.co/sf2FthudDZ--- Marcus Rashford MBE (@MarcusRashford) December 16, 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H