Persoalan kelaparan memang bukan barang baru di Inggris, namun pandemi meningkatkan kekuatiran terhadap nasib generasi mendatang.
Jajak pendapat YouGov, dikutip dari Sky News melaporkan sekitar 2,4 juta anak-anak tinggal di keluarga yang rawan pangan. Jumlahnya bertambah pada Oktober 2020 sebanyak 900.000 anak yang mendaftar untuk memperoleh makanan sekolah gratis.
Persoalan bantuan UNICEF ini merembet ke parlemen. Leader of the House of Commons Jacob Rees-Mogg mengatakan tindakan UNICEF merupakan skandal yang nyata.
Ia menambahkan, UNICEF seharusnya malu pada dirinya sendiri karena terlibat dalam "aksi politik rendahan" dengan menghabiskan ribuan poundsterling yang seharusnya ditujukan untuk melindungi orang-orang di negara-negara miskin.
Di lain pihak, wakil pimpinan Partai Buruh, Angela Rayner, mengatakan kehadiran UNICEF untuk memberi makan anak-anak Inggris yang kelaparan merupakan aib bagi pemerintahan PM Boris Johnson.
"Satu-satunya orang yang harus malu adalah Boris Johnson dan seluruh pemerintahannya karena membiarkan anak-anak kita kelaparan," kata Angela dikutip dari Business Insider.
Juru Bicara PM Boris Johnson pun angkat bicara dengan mengatakan pemerintah telah mengambil tindakan memastikan anak-anak tidak kelaparan selama pandemi dan meyakinkan menyerahkan 16 juta Poundsterling kepada badan amal penyedia makanan.
Marcus Rashford, penyerang Manchester United yang gencar mengkampanyekan donasi makanan selama pandemi untuk anak-anak di Inggris turut menanggapi pemberitan bantuan UNICEF kepada Inggris.
Di akun Twitter, Rashford mengatakan "Inilah mengapa saya membutuhkan bantuan Anda. Kita harus bersatu untuk melindungi mereka yang rentan. Kita semua memiliki peran di sana," tulisnya.
Sementara Anna Kettley menekankan kembali bahwa UNICEFÂ akan terus menggunakan dana internasional untuk membantu anak-anak termiskin di dunia.Â
Tepat pula jawaban Kettley bahwa anak-anak berhak bertahan hidup dan berkembang di mana pun mereka dilahirkan.