Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Presiden Joko Widodo Gratiskan Vaksin Covid-19, Apakah Kita Harus Berterima Kasih?

17 Desember 2020   11:51 Diperbarui: 17 Desember 2020   12:51 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo mengumumkan vaksin Covid-19 gratis kepada seluruh rakyat Indonesia, Rabu (16/12/2020). (Foto: Twitter/KemensetnegRI)

Membaca cuitan tersebut, apa yang disampaikan Firdza tentu merupakan hal wajar, bukan berarti dia tidak tahu bersyukur, sebagaimana disampaikan warganet dalam kolom balasannya.

Ungkapan syukur adalah perkara individual. Kehadirannya ke manusia terasa tiba-tiba seperti awal kedatangan pandemi Covid-19.

Vaksin gratis adalah hak rakyat Indonesia. Ketika vaksin gratis menjadi hak, maka tidak ada lagi kejutan. Tidak ada kejutan, tidak ada yang perlu disyukuri. Semuanya berjalan normal.

Ketua Dewan Profesor Universitas Padjajaran, Arief Anshory Yusuf, melengkapi persoalan ini melalui opininya di harian Kompas edisi 17 Desember 2020.

Arief lebih dulu menyampaikan apresiasi atas keputusan pemerintah menggratiskan vaksin. Namun, selanjutnya ia menuliskan, tidak ada vaksin gratis sebab rakyat Indonesia akan menanggung biayanya secara gotong royong. Pemerintah hanya berperan sebagai juru bayar.

Perkiraan itu dihitung berdasarkan kemungkinan tidak tercapainya herd immunity bila ada pembedaan vaksinasi mandiri dan subsidi. Data juga menjadi persoalan untuk menentukan siapa rakyat miskin yang berhak menerima vaksin gratis. Tidak semua rakyat miskin terdaftar dalam PBI BPJS.

Itu belum hitung-hitungan cost and benefit yang kemungkinan dapat menghambat jalan pemulihan ekonomi nasional bila masalah vaksinasi berlarut-larut.

Pengetahuan memang dapat menunda niat untuk bertutur terima kasih. Tetapi, itu tidak berarti menghilangkan nilai syukur dalam tiap manusia, hanya masalah waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun