"Bagaimana bisa..."
"Tentu bisa! Kau mempunyai pilihan... Aku tidak terlalu berharap banyak...," katanya.
Damian memanaskan kedua telapak tangannya tanpa menyahut sebab tiupan angin kembali menggoyang seisi permukaan badan.
Dingin itu sekaligus menjadi isyarat bagi Damian dengan memegang tangan kanan Marta untuk lekas beranjak dari taman itu.
"Kau harus kembali. Sudah malam. Aku ingin kau menenangkan dirimu di rumah," katanya.
Marta bangkit untuk pertama kalinya membalas bujukan Damian. Ia merasa lebih percaya diri dan ingin melepas dirinya dari Damian.Â
Matanya memerah dan bengkak tetapi tidak memperlihatkan sebuah persoalan serius dari dirinya. Perpindahan dari sedih menjadi tenang menggambarkan sesuatu yang membangkitkan perasaanya. Tidak ada yang tahu pasti.
"Rumahku sangat jauh."
"Ya, aku akan mengantarmu."
"Kenapa kau tidak mengatakannya," lirih Marta kepada Damian.
Mendengar ucapan itu, pikiran Damian masuk ke dalam bayang-bayang untuk menafsirkan maksud dari perkataan Marta.