Filsuf sekaligus pengamat Amerika, Alexis de Tocqueville melihat takdir Amerika sekarang berada sepenuhnya di tangan rakyat. Ada kebanggaan dan antusiasme.Â
Namun, Tocqueville menilai kepercayaan diri yang berlebihan dan lenyapnya batas-batas tradisional itu, membuat orang menjadi kehilangan arah. Karena itu, selama alkohol mulai dianggap secara luas sebagai ancaman serius bagi ketertiban sosial.
Benjamin Rush, orang Kristiani yang ikut menandatangani Deklarasi Kemerdekaan AS, pada tahun 1785 menerbitkan traktat yang sangat berpengaruh pada pergerakan anti-miras di AS kelak: An Inquiry into the Effects of Ardent Spirits upon the Human Body and Mind.
Salinannya mencapai 200.000 eksemplar. Tujuan Rush mengeluarkan risalah itu dimaksudkan untuk mengubah opini dan kepercayaan publik tentang khasiat minuman keras. Rush yang juga merupakan pelopor medis mengatakan, orang tidak membutuhkan miras untuk kesehatan dan stamina. Menurutnya, miras justru meracuni diri sendiri.
Peminum alkohol kian meningkat dan mencemaskan. Pada 1830, rata-rata orang di AS yang berusia 15 atau lebih, mengonsumsi tujuh galon lebih alkohol setiap tahun.
Orang mabuk dipermalukan di hadapan masyarakat dengan melekatkan huruf "D" pada dirinya. Cara ini dianggap mempunyai kekuatan efek jera.
Awal kelahiran Kaum Temperance
Menurut Rush, ketergantungan seseorang pada miras hanya bisa diatasi dengan larangan total. Ia mendesak Gereja-gereja untuk bersatu dalam kampanye melarang miras melalui pendidikan dan tekanan politik. Jumlah toko minuman harus dibatasi. Stigma sosial kepada penjualan dan konsumsi miras harus lebih keras.
"Minuman beralkohol adalah anti-Federal...teman dari semua kejahatan yang tidak menghormati dan memperbudak negara kita," katanya.
Pemerintah dalam melindungi diri dan kesejahteraan warga harus mengadopsi pendekatan kesehatan masyarakat dan mengendalikan epidemi kecanduan.