Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bantahan atas Cuitan Budiman Sudjatmiko tentang Krisis Literasi Luar Biasa

2 Januari 2019   00:59 Diperbarui: 2 Januari 2019   01:30 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar cuitan akun twitter @budimansudjatmiko

Memang dia tidak menyebutkan secara detail, teori apa yang dimaksud? Namun, kita dapat menerka, bahwa yang ia maksud barangkali segala teori mengenai kebudayaan, politik, sosial, yang semuanya berada dalam satu rumpun ilmu sosial, politik, atau apalah itu asal bukan eksakta.

Filsafat (awal) abad ke-20 secara garis besar merupakan sebuah kemajuan lebih lanjut dari periode sebelumnya. Bahkan, filsafat abad ke-20 boleh dikatakan memutarbalikan segala kemapanan filsafat periode sebelumnya. Postmodernisme, Neo-Marxisme, Neo-Hegelianisme.

Pada saat modernisme, rasionalisme dan humanisme mencapai puncaknya, pada kenyatanya, orang-orang justru bertanya, curiga, dan tidak puas. Masih ada yang perlu diperbaiki, ada yang salah, atau memang ada yang tidak memuaskan dari isme-isme di atas.

Jika memang humanisme dan rasionalisme itu merupakan suatu terang bagi manusia dan dunia, mengapa orang-orang harus terlibat dalam perang dunia saat itu?

Hal yang dianggap mengasyikan itu ternyata mempunyai suatu rasa sakit, perih dan sebagainya.

Singkat kata, tidak ada yang benar-benar baru di dunia saat ini. Apa yang dibayangkan Budiman Sudjatmiko sebagai krisis literasi hanya bualan dan omong kosong.

Karena pijakan semua pembicaraan politik, menurut hemat saya, ya berasal dari filsafat itu tanpa perlu merunut waktunya, apa berasal dari pencerahan, skolastik, atau postmodernisme.

Isi twitter Budiman Sudjamitko yang mengeluhkan orang-orang usang itu tetap saja merupakan ide yang sebenarnya ada dalam filsafat abad ke-20 yang dikritiknya.

Jika yang dimaksud Budiman adalah kurangnya kecapakan orang dalam membicarakan Revolusi Indsutri 4.0, toh tetap saja ada yang salah dan ada yang perlu diperbaiki dari Revolusi Industri 4.0.

Toh, yang asyik-asyik dari Revolusi Industri 4.0 ternyata menyimpan hal yang tidak nikmat pula. Revolusi Indsutri 4.0 itu merupakan rangkaian sejarah. Kemajuan teknologi tidak mungkin ada tanpa melewati periode-periode usang tersebut.

Tapi, ya kita memang harus mencapai klimks dalam Revolusi Indsutri 4.0 untuk dapat menemukan kontradiksi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun