Peristiwa terakhir yang teramat memilukan adalah kebakaran lahan di sebagian besar Sumatera dan Kalimantan. Selain alasan kesehatan, api juga dapat membakar pundi-pundi ekonomi negara. Bola panas sampai merembet menjadi perkara konspirasi atau kejahatan korporasi yang bermain di lahan gambut.
Entahlah, namun Gubernur Sumsel ketika itu Alex Nurdin meminta masyarakat tidak mencari kambing hitam dan lebih berfokus untuk memadamkan api yang semakin meluas.
BNPB dan Optimisme di Radio
Banyaknya korban jiwa dalam skala bencana adalah sebuah peringatan. BNPB harus siap untuk bercucuran keringat lebih banyak untuk mengedukasikan penanggulangan bencana. Situasi pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana terjadi sedapat mungkin sudah membatin dalam kearifan masyarakat.
BNPB lalu memilih radio untuk mengomunikasikan penanggulangan bencana. Kabar baiknya sandiwara radio Asmara di Tengah Bencana yang digagasnya, didengarkan oleh 43 juta audiens. Ada angin segar yang terasa. Radio masih dinikmati oleh masyarakat.
Optimisme ini kian bertambah setelah Nielsen mengeluarkan data pendengar radio November lalu. Rata-rata 20 juta orang mendengarkan radio setiap minggunya. Pendengar radio yang disurvei setidaknya menghabiskan rata-rata waktu 139 menit per hari. Nielsen, lebih lanjut, menyebutkan bahwa 57% pendengar radio merupakan pendengar dengan usia yang relatif muda. Generasi Milenial menyumbang sebanyak 38% Â pendengarnya.
Artinya radio mempunyai pendengar potensial yang notabene mereka berhasrat dalam menciptakan kemajuan yang lebih beradab. Mereka adalah generasi yang membebaskan diri untuk belajar dari segala arah, yang juga terlibat dalam diskursif masyarakat dunia maya.
Untuk mendapatkan hati mereka, saluran penanggulangan bencana perlu disampaikan dengan tujuan yang menghibur. Kira-kira informasi itu harus dulce et utilise'indah dan bermanfaat'. Sependapat dengan itu, teman saya pernah bercerita bahwa memang generasi ini menerima lebih mudah hal-hal yang relatif sederhana. Bukan berarti bahwa hal itu menutup kemungkinan mereka untuk melihat peristiwa secara luas.
Mereka menyukai keindahan, maka mereka berpetualang dengan nuansa-nuansa keindahan yang diberikan. Persentuhan langsung dengan alam ini adalah awalan yang bagus. Radio akan menjadi tempat untuk mereka menceritakan pengalamannya. Mereka akan senantiasa mengekspresikan keindahan yang ditemukan.
Di sini radio adalah ruang diskusi melalui saluran telepon sebagaimana biasanya, namun tetap dengan wacana akan sadar bencana. Radio mengantar pandangan dan persepsi pendengar untuk jujur mengakui dirinya yang autentik. Bahwa memang ia berada di antara surga dan bencana alam yang tidak satu setanpun dapat mengetahuinya.
Keselarasan dengan alam adalah falsafah yang akan menunjukkan identitasnya yang autentik. Sumbernya bermacam, terutama dari cerita turun-temurun dan kearifan lokal, sebab nyatanya petuah, larangan, dan pantangan nyatanya mampu mempertahankan keseimbangan alam. Misalnya falsafah lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambungan yang dipegang kuat oleh masyarakat Baduy, Jawa Barat.