Mohon tunggu...
EFREM GAHO
EFREM GAHO Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya Seorang Penulis

Penulis di NESIATIMES.COM

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Strategi Komunikasi Pemkot Yogyakarta dalam Mengimplementasikan Kebijakan Relokasi Area Parkir Kawasan Malioboro

20 April 2016   07:53 Diperbarui: 20 April 2016   08:04 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

  Fenomena relokasi merupakan fenomena yang banyak terjadi berbagai kota dan menarik  perhatian sejumlah kalangan untuk memberikan perspektif, pandangan, solusi, dan bahkan kritik yang bersifat negatif dan positif. Fenomena ini muncul karena pandangan bahwa suatu penempatan dianggap sudah tidak tepat keberadaannya, misalnya penempatan parkir sejumlah kendaraan. Pandangan ini biasa dilahirkan oleh siapa pun, jika di rasa penempatan sesuatu mengganggu ketertiban, keamanan, kenyamanan dan bahkan mengganggu aktivitas sosial banyak orang sehingga stabilitas sosial sudah terganggu. Fenomena relokasi kerap kali dilahirkan oleh sejumlah otoritas berwenang di berbagai daerah dengan satu tujuan yang sama adalah ingin mencipatakan stabilitas sosial bagi masyarakatnya agar masyarakat merasa tertib, aman, nyaman dan dapat menjalankan segala aktivitas tanpa banyak menemui banyak ketergangguan.

  Kawasan malioboro Kota Yogyakarta merupakan salah satu objek dari fenomena relokasi. Area lahan parkir di kawasan timur malioboro di relokasi oleh pihak otoritas setempat, yakni Pemerintah Kota Yogyakarta ke kawasan baru yakni Abu Bakar Ali. Tujuan mulia dari relokasi ini adalah Pemerintah Kota Yogyakarta ingin menciptakan suasana tertib, aman, nyaman serta untuk menghindari kemacetan bagi pengunjung atau wisatawan yang hendak datang di kawasan Malioboro.

  Akan tetapi, dalam proses relokasi area parkiran tersebut ternyata tidak dapat berjalan secara mulus. Penolakan dari juru parkir yang hidupnya bergantung ditempat itu datang silih berganti. Argumen demi argumen dikeluarkan oleh pihak juru parkir agar aspirasi mereka didengar oleh Pemerintah Kota Yogyakarta untuk menggagalkan rencana relokasi parkir tersebut. Mereka tidak memiliki masalah tempat parkiran kawasan timur malioboro direlokasi ke area parkir Abu Bakar Ali namun dengan catatan Pemerintah Kota Yogyakarta dapat menjamin pekerjaan baru bagi mereka. Hal ini diungkapkan oleh para juru parkir karena mereka khawatir akan pengangguran apabila terjadinya relokasi tempat parkir ke Abu Bakar Ali.

Implementasi dari kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta ini membutuhkan waktu yang sangat lama karena penolakan dari pihak juru parkir. Strategi komunikasi Pemerintah Kota Yogyakarta hanya sebatas memberikan penjelasan informatif tujuannya dalam merelokasi dan meminta para juru parkir melakukan pendaftaran, pendataan dan verifikasi juru parkir yang akan dipindahkan parkiran Abu Bakar Ali.

Sebagaimana dihimpun di Merdeka.com, Asisten Sekretaris Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya saat bertemu dengan juru parkir menjelaskan bahwa pemkot setempat sudah menyampaikan surat edaran kepada juru parkir, mengenai pembukaan pos pelayanan di Kantor Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro. Pos tersebut tidak hanya melayani pendataan, pendaftaran, dan verifikasi juru parkir yang akan dipindahkan ke Taman Parkir Abu Bakar Ali, tetapi juru parkir juga bisa mencari informasi mengenai konsep pengelolaan parkir di lokasi baru.

Berdasarkan paparan diatas, maka penulis tertarik membahas topik tentang “Strategi Komunikasi Pemerintah Kota Yogyakarta dalam Mengimplementasikan Kebijakan Relokasi Area Parkir Motor Kawasan Malioboro “. Strategi komunikasi Pemerintah Kota Yogyakarta dalam kebijakan merelokasi parkiran motor kurang efektif, di lihat berdasarkan penolakan juru parkir sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama dalam mengimplementasikan kebijakan ini.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang sudah dijelaskan secara detail, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan berikut :

1.      Bagaimana strategi komunikasi Pemerintah Kota Yogyakarta yang efektif dalam mengimplementasikan kebijakan relokasi lahan parkiran motor kawasan Malioboro?

2.      Apakah strategi komunikasi yang ditawarkan akan solutif dalam memercepat pengimplementasian sebuah kebijakan relokasi tanpa mendapat penolakan dari pihak yang ingin direlokasi?

C.    Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang mendasar dalam penulisan ini adalah :

1.      Ingin mengungkap fakta tentang sebuah strategi komunikasi pihak otoritas Kota Yogyakarta dalam mengimplementasi sebuah kebijakan yang menyangkut orang banyak

2.      Ingin memberikan tawaran solutif bagi pembuat kebijakan mengenai sebuah strategi komunikasi yang efektif dalam tujuan relokasi lahan parkiran maupun persoalan lain yang membutuhkan tindakan relokasi dalam menciptakan suasana lingkungan yang terbebas dari ketergangguan.

D.    Manfaat Penulisan

Manfaat-manfaat yang di dapat dari penulisan ini, antara lain adalah :

1.      Bagi Penulis :

-          Dapat memahami secara mendalam sebuah fenomena yang terjadi di Kota Yogyakarta

-          Dapat menambah perspektif tentang sebuah strategi komunikasi dari para ahli dan kebijakan yang tepat bagi keberlangsungan lingkungan hidup manusia

2.      Bagi Pemerintah :

-          Sebagai alternatif dalam menggunakan strategi komunikasi untuk mengimplementasikan sebuah kebijakan relokasi lahan parkiran maupun persoalan relokasi lainnya.

-          Dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Yogyakarta, dan otoritas lain yang ingin membuat sebuah kebijakan relokasi

3.      Bagi Pembaca :

-          Sebagai bahan untuk memperluas pengalaman tentang strategis komunikasi

BAB II

STUDI PUSTAKA

A.    STRATEGI KOMUNIKASI

1.      Pengertian  Strategi Komunikasi

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.

Demikianlah pula strategi komunikasi merupakan panduan dan perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi.

Strategi komunikasi merupakan penentu berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif. Dengan demikian, strategi komunikasi, baik secara makro (plammed multi-media strategi) maupun secara mikro (single communication medium strategi) mempunyai fungsi ganda (Effendy, 2000 : 300) :

-         Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.

-         Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.

Horald D. Lasswell menemukan cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?” komponen komunikasi yang berkolerasi secara fungsional pada paradigma Lasswell itu merupakan jawaban pertanyaan yang diajukan.

-           Komunikator

Dalam proses komunikasi ada komunikator, yaitu orang yang mengirim dan menjadi sumber informasi dalam segala situasi. Penyampaian informasi yang dilakukan dapat secara sengaja maupun tidak sengaja.

-          Says What (Pesan)

Komunikator menyampaikan pesan-pesan kepada sasaran yang dituju. Pesan yaitu sesuatu yang dikirimkan atau yang disampaikan. Pesan yang disampaikan dapat secara langsung maupun tidak langsung dan dapat bersifat verbal maupun non verbal.

-          In Which Channel ( Media yang digunakan )

Dalam menyampaikan pesan-pesannya, komunikator harus menggunakan media komunikasi yang sesuai keadaan dan pesan disampaikan. Adapun media adalah sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.

-          To Whom ( Komunikan )

Komunikan merupakan individu atau kelompok tertentu yang merupakan sasaran pengiriman seseorang yang dalam proses komunikasi ini sebagai penerima pesan, Dalam hal ini komunikator harus cukup mengenal komunikan yang dihadapinya sehingga nantinya diharapkan mendapatkan hasil yang maksimal dari pesan yang disampaikan.

-          With What Effect (Efek)

Efek adalah respon, tanggapan atau reaksi komunikasi ketika ia atau mereka menerima pesan dari komunikator. Sehingga efek dapat dikatakan sebagai akibat dari proses komunikasi.

Dengan berpolakan formula Lasswell itu, komunikasi didefinisikan sebagai “proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui suatu media yang menimbulkan efek”.(Effendy, 1991 : 68).

-
Who
Siapa                             :
Komunikator
-
Says What
Mengatakan apa            :
Pesan
-
In Which Channel
Melalui saluran apa       :
Media
-
To Whom
Kepada siapa                :
Komunikan
-
With What Effect
Dengan efek apa           :
Efek

2.      Perumusan Strategi
  Suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak. Itulah sebabnya maka langkah pertama yang diperlukan ialah mengenal khalayak dan sasaran. Kemudian berdasarkan pengenalan dan komunikator yang dipilih, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Hal ini dimaksudkan selain agar kekuatan penangkal yang dimiliki khalayak dapat “dijinakkan”, juga untuk mengalahkan kekuatan pengaruh dari pesan-pesan lain yang berasal dari sumber (komunikator) lain. Cara ini merupakan persuasi dalam arti yang sesungguhnya.

3.      Menyusun pesan
Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian.

Perhatian adalah pengamanan yang terpusat. Dengan demikian awal dari suatu efektivitas dalam komunikasi, ialah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap pesan - pesan yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan AA Procedure atau from Attention to Action procedure. Artinya membangkitkan perhatian (Attention) untuk selanjutnya menggerakkan seseorang atau orang banyak melakukan kegiatan (Action) sesuai tujuan yang dirumuskan.

Selain AA procedure dikenal juga rumus klasik AIDDA sebagai adoption process, yaitu Attention, Interst, Desire, Decision dan Action. Artinya dimulai dengan membangkitkan perhatian (Attention), kemudian menumbuhkan minat dan kepentingan (Interest), sehingga khalayak memiliki hasrat (Desire) untuk menerima pesan yang dirangsangkan oleh komunikator, dan akhirnya diambil keputusan (Decision) untuk mengamalkannya dalam tindakan (Action).

Jadi proses tersebut, harus bermula dari perhatian, sehingga pesan komunikasi yang tidak menarik perhatian, tidak akan menciptakan    efektivitas.

Dalam masalah ini, Wilbur Schramm mengajukan syarat-syarat untuk berhasilnya pesan tersebut (Arifin, 1994 : 68) sebagai berikut :

a.      Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan itu dapat menarik perhatian sasaran yang dituju.

b.     Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua pengertian itu bertemu.

c.      Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu.

d.     Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok di mana kesadaran pada saat digerakkan untuk memberikan jawaban yang dikehendaki.

4.      Menetapkan Teknik
Dalam dunia komunikasi pada teknik penyampaian atau mempengaruhi itu dapat dilihat dari dua aspek yaitu : menurut cara pelaksanaan dan meurut bentuk isinya. Hal tersebut dapat diuraikan lebih lanjut, bahwa yang petama, semata-mata melihat komunikasi itu dari segi pelaksanaannya dengan melepaskan perhatian dari isi pesannya. Sedang yang kedua, yaitu melihat komunikasi itu dari segi bentuk pernyataan atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung. Oleh karena itu yang pertama menurut cara pelaksanaanya, dapat diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu redundancy (repetition) dan Canalizing. Sedang yang kedua menurut bentuk isinya dikenal teknik-teknik : informatif, persuasif, edukatif, dan koersif.( Arifin, 1994 : 73).

1.     Redundancy  (Repetition)

Redundancy atau retition, adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulang-ngulang pesan kepada khalayak. Dengan teknik ini sekalian banyak manfaat yang dapat di tarik darinya. Manfaat itu atara lain bahwa khalayak akan lebih memperhatikan pesan itu, karana justru berkontras dengan pesan yang tidak diulang-ulang, sehingga ia akan lebih banyak mengikat perhatian.

2.     Canalizing

Canalizing adalah memahami dan meneliti pengaruh kelompok tarhadap individu atau khalayak.

3.     Informatif

Teknik Informatif adalah suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan memberikan penerangan. Penerangan berarti menyampaikan sesuatu apa adanya, apa sesungguhnya, di atas fakta-fakta dan data-data yang benar serta pendapat-pendapat yang benar pula. Atau seperti ditulis oleh Jawoto (Arifin, 1994 : 74) :

-         Memberikan informasi tentang fakta semata-mata, juga fakta bersifat kontropersial, atau

-         Memberikan informasi dan menuntun umum ke arah pendapat.

4.     Persuasif

Persuasif berarti, mempengaruhi dengan jalan membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik pikirannya, maupun dan terutama perasaannya.

5.      Edukatif

Teknik edukatif, sebagai salah satu usaha mempengaruhi khalayak dari suatu pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan dalam bentuk pesan yang akan berisi: pendapat-pendapat, fakta-fakta, dan pengalaman-pengalaman.

Mendidik berarti memberikan sesuatu ide kepada khalayak apa sesungguhnya, di atas fakta-fakta, pendapat dan pengalaman yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi kebenaran, dengan disengaja, teratur dan berencana, dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan.

6.       Koersif

Koersif berarti mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Teknik koersif ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-peraturan, perintah- perintah dan intimidasi-intimidasi. Untuk pelaksanaanya yang lebih lancar biasanya dibelakangnya berdiri suatu kekuatan yang cukup tangguh.

B.     KEBIJAKAN OTORITAS

1.      Pengertian Kebijakan

Anderson merumuskan kebijakan sebagai langkah tindakan secara sengaja dilakukan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang dihadapi (Winarno,Budi,2002)

Menurut Chief J.O (1981) (Abdul Wahab, 2005), kebijakan publik adalah suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada tujuan tertentu yang diarahkan pada suatu masalah tertentu yang saling berkaitan yang memengaruhi sebagian besar  warga masyarakat.

2.      Implementasi Kebijakan Publik

Mazmanian dan Sabatier (1983:61) (Agustino, 2006:139)

Implementasi kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah- perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.  Keputusan  tersebut  mengidentifikasikan  masalah  yang  ingin      diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya.

3.      Faktor-faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Implementasi Kebijakan

Keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor dan masing-masing variabel atau faktor tersebut saling berhubungan satu sama lain. Untuk memperdalam pemahaman kita terhadap variabel atau faktor apa saja yang memengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan. Teori George C.Edward III (1980)
 

Menurut George C. Edward III, ada empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasi suatu kebijakan, yaitu faktor sumber daya, birokrasi, komunikasi, dan disposisi. (Subarsono, 2009)

BAB III

PEMBAHASAN

A.    KRONOLOGIS MASALAH RELOKASI AREA PARKIRAN MALIOBORO

   Pemerintah Kota Yogyakarta akan memindahkan area parkir di kawasan wisata Malioboro untuk meningkatkan kenyamanan warga dan wisatawan. Area parkir yang sebelumnya berada di trotoar sisi timur Malioboro akan dipindah ke Taman Khusus Parkir Abu Bakar Ali agar trotoar tersebut bisa difungsikan sebagai jalur untuk pejalan kaki.

  Kawasan wisata Malioboro merupakan salah satu tujuan wisata favorit di Yogyakarta. Lokasi kawasan ini berdekatan dengan beberapa obyek wisata, misalnya Benteng Vredeburg, Keraton Yogyakarta, dan Taman Pintar.

  Selama ini, trotoar sisi timur Malioboro menjadi tempat parkir kendaraan bermotor roda dua dan dipakai berjualan oleh pedagang kaki lima. Kondisi itu membuat trotoar tersebut tidak leluasa dilalui pejalan kaki sehingga mereka tidak bisa menikmati kawasan Malioboro dengan lebih nyaman.

 Namun, rencana Pemerintah Kota Yogyakarta dalam merelokasi area parkir di kawasan malioboro mendapat penolakan dari pihak juru parkir yang menggantungkan hidupnya disana. Penolakan ini membuat kebijakan Pemkot Yogyakarta dalam merelokasi area parkir membutuhkan waktu lama, karena harus melalui tahap negosiasi dan memberikan pengertian kepada juru parkir.

Waktu demi waktu, pada akhirnya sejumlah juru parkir menerima kebijakan Pemkot Yogyakarta ini, setelah mereka mendapat respon sebuah jaminan Pemkot Yogyakarta terhadap pekerjaan mereka yang baru.

  Tanggal 4 april 2016 Pemkot Yogyakarta berhasil merelokasi area parkir kawasan timur malioboro ke taman Abu Bakar Ali. Berkat dari relokasi ini, kawasan malioboro menjadi lebih nyaman bagi wisatawan pejalan kaki atau pengunjung terutama bagi kaum penyandang disabilitas.

Dari kronologis masalah ini, dapat kita lihat bahwa kurang efektifnya strategi komunikasi Pemerintah Kota Yogyakarta terhadap juru parkir karena juru parkir sempat memilih menolak relokasi area parkiran ini.

B.     STRATEGI KOMUNIKASI EFEKTIF PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA UNTUK RELOKASI AREA PARKIR KAWASAN MALIOBORO
1.      Aspek Komunikasi
                  Dalam ilmu komunikasi, terdapat 5 aspek komunikasi yakni :
-         Komunikator
-         Pesan
-         Media
-         Komunikan
-         Efek
Kelima aspek komunikasi ini menentukan efektif tidaknya sebuah strategi komunikasi yang kita lakukan.
                   Dalam kasus inisiatif Pemerintah Kota Yogyakarta merelokasi area parkiran kawasan Malioboro ke taman Abu Bakar Ali, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikator di perankan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, isi pesan yang disampaikan terkait dengan rencana revitalitasi kawasan malioboro melalui tindakan relokasi area parkir motor sisi timur malioboro. Media yang digunakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dalam menyampaikan tujuan relokasi ini adalah kaki tangan Pemkot Yogyakarta sendiri yakni Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro. Sosialisasi terus di lakukan untuk memberikan pemahaman kepada sejumlah juru parkir. Komunikan dalam kasus ini adalah sejumlah juru parkir yang menggantungkan hidupnya di Parkiran Malioboro sedangkan efek yang terjadi pada awal penyampaian tujuan Pemkot ini sebuah penolakan di relokasi.
2.      Strategi Komunikasi
                     Adapun strategi komunikasi Pemkot Yogyakarta berdasarkan aspek komunikasi kurang efektif. Sebab dari kurang efektifnya suatu strategi komunikasi dapat terjadi karena banyak hal. Namun yang paling mendasar adalah teknik dalam melakukan strategi yang digunakan dan isi pesan yang disampaikan.
-         Merumuskan Strategi
             Untuk mencapai strategi komunikasi yang efektif dalam tujuan Pemerintah Kota Yogyakarta merelokasi area parkiran kawasan malioboro, Pemerintah Kota Yogyakarta harus merumuskan tujuan relokasi dengan jelas dan memperhitungkan kondisi dan situasi dari juru parkir. Hal ini maksudkan selain agar kekuatan penangkal yang dimiliki oleh juru parkir dapat di lakukan pendekatan personal, juga untuk mengalahkan kekuatan pengaruh yang berasal dari pihak lain yang kontra dari tujuan relokasi ini. Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan tindakan persuasif agar juru dapat memahami lebih jelas apa tujuan mulia dari rencana relokasi itu.
-         Isi Pesan
               Salah satu syarat utama efektif tidaknya suatu strategi komunikasi adalah pesan. Pemkot Yogyakarta menyampaikan tujuan relokasi harus dapat mempengaruhi juru parkir agar menerima kebijakan ini. Salah satu cara mempengaruhinya adalah dengan mengambil atau membangkitkan perhatian, menumbuhkan minat serta kepentingan dari tujuan yang disampaikan, serta mendorong keinginan juru parkir untuk menerima kebijakan.
-         Implementasi Strategi
       Menurut cara pelaksanaanya, dapat diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu redundancy (repetition) dan Canalizing. Sedang yang kedua menurut bentuk isinya dikenal teknik-teknik : informatif, persuasif, edukatif, dan koersif.( Arifin, 1994 : 73).

Alternatif cara pelaksanaan strategi komunikasi Pemkot Yogyakarta dalam tujuan merelokasi area parkiran malioboro adalah :
-         Pemkot Yogyakarta menyampaikan tujuannya berkali-kali dengan juru parkir
-         Pemkot Yogyakarta melakukan sebuah riset tentang kepentingan juru parkir untuk dijadikan sebagai cara untuk pemenuhan kebutuhan mereka
-         Pemkot Yogyakarta memberikan informasi sejelas-jelasnya tentang tujuan merelokasi kawasan Malioboro dengan memberikan gambaran umum situasi dan kondisi Malioboro ketika sudah direlokasi
-         Pemkot Yogyakarta membujuk sejumlah juru parkir dengan mengajak untuk duduk bersama, makan bersama, minum bersama, dan membicarakan secara bersama-sama
-         Ketika duduk bersama, Pemkot Yogyakarta menyampaikan akibat, resiko sosial apa yang akan terjadi apabila kawasan Malioboro dibiarkan tanpa tindakan serius.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.     KESIMPULAN

                     Sebuah kebijakan akan terlaksana dengan baik apabila strategi dalam mengeksekusinya tepat. Strategi komunikasi efektif merupakan salah satu faktor utama keberhasilan dari kebijakan.
                     Inisiatif Pemerintah Kota Yogyakarta dalam merelokasi kawasan timur Malioboro Yogyakarta memiliki nilai yang sangat mulia. Selain untuk tata kelola ruang publik, juga bertujuan untuk memerdekakan kaum disabilitas yang selama ini hak-haknya untuk dapat mengakses trotoar di malioboro dirampas oleh sejumlah juru parkir.
                     Agar tidak mendapat penolakan dari pihak juru parkir terkait dengan tujuan Pemkot Yogyakarta merelokasi kawasan timur Malioboro mesti dibuat strategi komunikasi yang efektif agar juru parkir dapat menerima kebijakan berbasis lingkungan ini. Strategi komunikasi yang efektif memperhatikan aspek-aspek komunikasi, yakni : isi pesan, dan teknik dalam mengeksekusi strategi termasuk media yang digunakan.
B.     SARAN
                    Kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta memang sangat mulia dan dapat saja diterima secara spontan oleh sejumlah juru parkir, akan tetapi disini di harapkan kepada Pemkot Yogyakarta memperhatikan banyak aspek yang terkait didalamnya.  Aspek teknis pun harus di perhitungkan agar kebijakan dapat berjalan secara lancar tanpa menemui hambatan.

                                                                    DAFTAR PUSTAKA
Buku :

Cangara, Hafied. 2011. Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo. Persada

Riant Nugroho Dwidjowijoto. 2004. Komunikasi Pemerintah. Jakarta: PT Elex Media
          Komputindo.
Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung. Alfabeta
Internet :
Yulianingsih, 24/03/2016, Jukir Kawasan Malioboro Protes Relokasi Lahan Parkir, diakses di http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/03/24/o4j0io382-jukir-kawasan malioboro-protes-relokasi-parkir, tanggal 17 April 2016, pukul 22 : 01 WIB
Hari Ini Relokasi Kawasan Parkir Malioboro Parkir Pindah ke ABA, 04/04/2016, diakses di http://dok.joglosemar.co/baca/2016/04/04/hari-ini-relokasi-kawasan-parkir-malioboro-parkir-pindah-ke-aba.html, tanggal 17 April 2016, pukul 22 : 33 WIB

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun