Di sinilah dibutuhkan peran pemerintah daerah dalam menjaga stabilitas harga, demi kesinambungan usaha komoditi pertanian petani di desa.
Karena pengalaman, petani mudah beralih ke komoditi lain saat harga jual anjlok. Realitas rentannya petani mudah beralih karena faktor harga pasar, Â membutuhkan peran penyuluh pertanian di desa.
Sejatinya terhadap harga pasar yang dibutuhkan petani adalah, terjaganya stabilitas harga untuk komoditi apa saja. Tidak harus harga yang melonjak tinggi, maupun yang turun drastis.
Karena terbukti ada juga petani yang konsistensi menanam komoditi tertentu seperti jagung, meski harga pasar tidak terlalu menjanjikan. Â Seperti petani yang berada di lembah Napu Lore.
Yakni menanam komoditi jagung yang harga jual berkisar Rp 3600 per kilometer. Meski demikian dengan produksi yang besar , ternyata bisa memberi pendapatan lebih dari komoditi tersebut.
Tidak semua petani beralih ke komoditi nilam. Namun yang saat ini sedang fokus ke komoditi tersebut tetap perlu didampingi oleh pemerintah daerah,. Terutama dalam mengatasi kendala yang dihadapi petani.
Termasuk dalam menjaga  stabilitas harga. Karena jangan sampai empat bulan kedepan saat petani memasuki masa panen nilam, harga jual produk justru turun, karena dampak permainan pasar (pembeli).
Dalam usaha komoditi nilam elemen berupa sumber, pasar dan prasarana yang diusahakan secara mandiri oleh petani sudah berjalan. Namun satu elemen berupa kebijakan yang menjadi ranah pemerintah, itulah yang dibutuhkan petani.
Yakni kebijakan yang mendukung petani dalam mengembangkan komoditinya baik dari hulu hingga ke hilir. Kebijakan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan petani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H