Tanggal 28 September 2024 kemarin, genap enam tahun peringatan gempa bumi dasyat yang melanda Kota Palu, Sigi, dan Donggala (Pasigala) di Provinsi Sulawesi Tengah.
Tentu bagi masyarakat Pasigala khususnya Kota Palu, tidak akan melupakan peristiwa gempa bumi tahun 2018 yang diikuti terjadinya tsunami dan liquifaksi yang menelan banyak korban jiwa.
Selain itu merusak banyak rumah warga yang terpaksa harus mengungsi sebagai penyintas. Karena kehilangan tempat tinggal, akibat terdampak tsunami dan liquifaksi.
Dalam masa darurat gempa di tahun 2018, para penyintas harus melalui masa pengungsian dengan tinggal di tenda-tenda darurat. Selanjutnya menetap di hunian sementara (huntara) yang disiapkan oleh pemerintah.
Keluarnya Instruksi Presiden (Inpres) no 10 tahun 2018 oleh Presiden Jokowi, menandai dilakukannya percepatan rehab-rekon pasca bencana gempa bumi, liquifaksi dan tsunami di Sulteng. Salah satunya percepatan pembagunan hunian tetap (huntap) untuk ribuan penyintas gempa.
Pembangunan huntap sebagai upaya pemerintah merelokasi warga pada hunian permanen dan aman. Mengingat tempat tinggal sebelumnya, dianggap sudah tidak layak untuk ditempati kembali.
Sejumlah lokasi di Kota Palu ditetapkan untuk pembangunan huntap. Meliputi Tondo I, Tondo II, Duyu, Talise, dan Petobo. Leading sektor pembangunan Huntap Kementerian PUPR melalui Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (BP2P) Sulawesi II.
Adapun pembangunan infrastruktur lainnya ditangani bersama oleh Balai Prasarana Pemukiman Wilayah (BPPW) Sulawesi Tengah. Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Wilayah XIV Palu dan Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) Wilayah III Palu.
Anggaran pembangunan huntap sepenuhnya menjadi tangung jawab pemerintah pusat. Sementara pembebasan lahan untuk lokasi huntap, menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Namun percepatan pembangunan huntap tidak semulus yang direncanakan. Walaupun keberadaan regulasi dan anggaran sudah disiapkan. Kendala di lapangan turut mempengaruhi lambannya pembangunan huntap.
Terutama upaya konsolidasi (pembebasan) lahan yang menimbulkan adanya pro kontra. Polemik pembebasan lahan yang berlarut-larut, turut berdampak pada molornya pembangunan huntap.
Huntap Tondo I di Kota Palu merupakan huntap pertama yang dibangun oleh Yayasan Budha Tzu Chi. Di mana untuk sarana pendukung seperti ruas jalan, drainase, serta air bersih dibangun oleh Balai Prasarana Pemukiman Wilayah (BPPW) Sulawesi Tengah Kementerian PUPR.
Menyusul kemudian pembangunan huntap Duyu, Tondo II, Talise dan Petobo. Bukan hanya di Palu, huntap juga dibangun di Kabupaten Sigi dan Donggala bagi penyintas gempa yang ada di wilayah tersebut. Huntap Pombewe merupakan huntap pertama yang dibangun di Kabupaten Sigi.
Demi penuntasan pembangunan huntap dan prasarana lainnya, pemerintah pusat kembali mengeluarkan Inpres no 8 tahun 2022 tentang penuntasan rehab rekon pasca bencana gempa bumi, tsunami dan liquifaksi di Sulteng.
Di mana hingga tahun 2024 pembangunan huntap masih dilakukan. Salah satunya di lokasi huntap Talise, Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore yang masih melakukan finishing terhadap fasilitas dan prasarana yang ada di lokasi tersebut.
Huntap Talise yang berada di ketinggian bukit, merupakan huntap dengan view terindah di Kota Palu. Di mana lokasinya menghadap langsung ke Teluk Palu dengan landscape alam yang eksotis. Selain itu huntap Duyu dan Tondo II juga berada di lokasi yang strategis .
Belum lama ini saya menyempatkan mengeksplorasi keberadaan huntap Talise termasuk prasarana yang tersedia di lokasi tersebut. Termasuk melihat langsung keindahan Teluk Palu dari lokasi huntap.
Kelebihan dari huntap Talise adalah keberadaan fasilitas umum (fasum) berupa ruang terbuka hijau (RTH) sebagai ruang publik yang nyaman dan representatif. Tentu sangat beruntung penyintas gempa yang berdomisili di lokasi tdengan ketersediaan fasum tersebut.
Sejatinya fasum tersebut ada pada semua huntap yang sudah dibangun bagi penyintas. Tujuannya agar huntap menjadi lokasi hunian yang nyaman dengan ketersediaan ruang publik bagi penghuninya.
Dengan pembangunan huntap tersebut, tentu diharapkan sudah bisa dihuni oleh penyintas yang berhak untuk menempati. Karena kenyataan di lapangan, masih ada huntap yang belum dihuni walau sudah rampung dikerjakan.
Berdasarkan data dari Central Sulawesi Rehabilitatiin and Reconstruction Project (CSRRP), saat ini sudah dibangun sebanyak 3646 unit huntap (93,97â„…). Dengan perincian sebanyak 2669 (68,79â„…) unit telah dilakukan serah terima kunci dan sebanyak 1943 (50,08â„…) unit telah menghuni huntap.
Realitas masih adanya pekerjaan di lokasi huntap hingga saat ini, menjadi gambaran tehadap jalan panjang pembangunan huntap di wilayah Pasigala Sulteng. Panjang dalam konteks, durasi waktu pelaksanaan.
Sudah enam tahun gempa terjadi, namun pembangunan rehab rekon masih berjalan hingga 2024.. Ini sebagai indikator, bahwa bukan hal mudah dalam pelaksanaan rehab rekon pasca gempa. Meski sudah didahului dengan kesiapan master plane
Walaupun dalam regulasi disebutkan sebagai percepatan pasca gempa, namun waktu enam tahun berjalan rehab rekon belum keseluruhan tuntas. Salah satunya pembangunan jembatan IV Palu yang hingga kini belum rampung.
Tentu yang menjadi bahan kontemplasi di sini adalah bahwa pentingnya koordinasi dan sinergi dalam proses rehab rekon pasca gempa. Jangan ada ego sektoral yang dapat menghambat pelaksanaan di lapangan.
Karena yang esensi dari pembangunan huntap adalah, secepatnya penyintas yang kehilangan tenpat tinggal untuk menempati sesuai haknya. Sebagaimana huntap lainnya yang sudah duluan ditinggali pemiliknya.
Namun demikian, keberadaan huntap setidaknya sudah sangat membanru ribuan penyintas gempa yang kehilangan tempat tinggal. Mereka yang sudah lebih awal menempati huntap, kini sudah dapat beradaptasi dengan tempat tinggal yang baru.
Tentu apresiasi perlu diberikan kepada pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten kota di wilayah Pasigala Sulteng yang saling bersinergi, agar pembangunan huntap terealisasi bagi penyintas gempa.
Apresiasi untuk dua gubernur Sulteng yakni Longky Djanggola dan Rusdy Mastura dalam mengawal keberadaan Inpres percepatan rehab rekon sarana pasca gempa bumi Pasigala Sulteng, hingga bisa terealisasi sebagaimana yang direncanakan.
Enam tahun pasca genpa, trilunan rupiah anggaran teralokasikan untuk rehab rekon prasarana dan infrastruktur di Pasigala, khususnya kota Palu. Salah satunya lewat pembangunan huntap.
Progres rehab rekon sudah terlihat, walaupun masih ada yang belum rampung dikerjakan. Namun setidaknya ini bukti bahwa pemerintah senantiasa hadir, dalam penanganan recovery pasca gempa di daerah.
Enam tahun pasca gempa dasyat, satu hal yang bisa direfleksikan yakni, saat terpuruk kita bisa bangkit kembali. Selama saling mendukung dan mau bekerja sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H