Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Potret Tradisi Gotong Royong yang Masih Dipertahankan di Toraja

27 September 2024   15:42 Diperbarui: 27 September 2024   21:31 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keberadaan pondok yang sudah selesai dikerjakan. (Dokumentasi Pribadi)

Bukti bahwa tradisi gotong-royong sebagai bentuk kearifan lokal budaya Indonesia yang masih dipertahankan, terlihat pada kehidupan masyarakat di Toraja.

Sejatinya di berbagai daerah di Indonesia tradisi gotong-royong masih dipertahankan. Baik pada kegiatan seni budaya, upacara adat istiadat maupun kegiatan lain yang bersentuhan dengan kehidupan masyarakat setempat.

Demikian pula di daerah Toraja Provinsi Sulawesi Selatan, tradisi gotong-royong dilakukan pada saat tradisi upacara pemakaman, perkawinan, peresmian rumah adat (tongkonan) dan kegiatan adat lainnya.

Gotong-royong tersebut berupa pembuatan pondok (lantang), mengatur tikar (ale), pembuatan aksesoris, memasak, dan menjamu tamu atau kerabat yang hadir dalam kegiatan yang dimaksud.

Untuk pembuatan pondok sendiri, dilakukan secara bergotong-royong oleh kaum pria. Mulai dari mengambil bahan material, mendirikan, hingga memasang atap pondok. Serta membongkar kembali pondok setelah selesai acara.

Adapun bahan material yang digunakan untuk membuat pondok tersebut adalah dari bambu, kayu, papan dan tali. Uniknya bangunan pondok tersebut sama sekali tidak menggunakan paku.

Keberadaan pondok yang sudah selesai dikerjakan. (Dokumentasi Pribadi)
Keberadaan pondok yang sudah selesai dikerjakan. (Dokumentasi Pribadi)

Karena dilakukan secara bergotong-royong dan penuh antusias, pendirian pondok tersebut tidak lama dikerjakan. Padahal ada banyak pondok yang dibuat. Ini juga karena faktor kaum pria yang sangat terampil dalam membuat pondok.

Pondok yang dibuat menyambung dengan lumbung atau dalam bahasa Toraja disebut Alang. Pondok dan Alang inilah yang akan ditempati oleh tamu atau pihak kerabat yang datang menghadiri acara.

Pondok yang dibuat menyambung dengan lumbung (alang). (Dokumentasi Pribadi)
Pondok yang dibuat menyambung dengan lumbung (alang). (Dokumentasi Pribadi)

Adapun untuk kaum wanita, bergotong-royong memasak di dapur umum, hingga menyajikan makanan dan minuman bagi tamu atau keluarga yang datang.

Walau demikian, ada juga kaum pria juga terlibat di dapur umum, dalam membantu mengolah makanan khas Toraja yang dimasak menggunakan bambu yakni Pa'piong.

Seperti diketahui pada upacara pemakaman, pihak keluarga yang berduka akan menjamu tamu undangan maupun keluarga yang datang dari berbagai Lembang (Desa). Atau yang datang dari luar daerah Toraja.

Kaum wanita bergotong-royong di dapur umum. (Dokumentasi Pribadi)
Kaum wanita bergotong-royong di dapur umum. (Dokumentasi Pribadi)

Adapun keperluan konsumsi untuk menjamu tamu undangan, disiapkan secara gotong-royong oleh pihak keluarga besar. Konsumsi juga disiapkan bagi masyarakat yang terlibat bergotong-royong mendukung acara.

Tradisi gotong-royong terlihat pada masyarakat Toraja di Lembang (desa) Ma'dong, Kecamatan Denpina, Kabupaten Toraja Utara, saat kegiatan pemakaman ibu Martha Palimbunga yang masa kecilnya berasal dari daerah tersebut.

Segenap masyarakat Lembang Ma'dong terkhusus Dusun Kendenan, bergotong-royong mempersiapkan acara pemakaman tersebut. Mulai dari persiapan prosesi pemakaman hingga selesai acara.

Gotong-rotong kaum pria memikul peti jenazah. (Dokumentasi Pribadi)
Gotong-rotong kaum pria memikul peti jenazah. (Dokumentasi Pribadi)

Rangkaian cara pemakaman sendiri walau melibatkan tradisi adat, juga dilakukan secara agama kristiani. Di mana melibatkan pihak pendeta dan majelis dari gereja setempat, untuk mengambil bagian dalam ibadah penghiburan maupun pemakaman.

Adapun untuk tradisi adat digelar ritual tarian Ma'badong yang dilakukan oleh kaum pria. Juga dilakukan pemotongan ternak kerbau yang sudah disiapkan oleh pihak keluarga besar.

Tari Ma'badong merupakan tarian kedukaan suku Toraja pada upacara kematian yang dilakukan bersama secara berkelompok. Para penari (pa'badong) membentuk lingkaran dan saling berpegangan tangan dengan saling mengaitkan jari kelingking.

Sedangkan pemotongan kerbau bagi masyarakat adat Toraja, diyakini tidak hanya sebagai lambang kesejahteraan. Namun kerbau juga dimaknai sebagai lambang kekuatan untuk tunggangan arwah menuju nirwana.

Tari Ma'badong yang dilakukan oleh kaum pria. (Dokumentasi Pribadi)
Tari Ma'badong yang dilakukan oleh kaum pria. (Dokumentasi Pribadi)

Dalam prosesi kematian orang Toraja, semakin banyak kerbau yang dikurbankan, maka kian baik kehidupan sang mendiang di alam baka.

Tentu tradisi adat dalam pemakaman tersebut sudah melalui pembahasan dan kesepakatan pihak keluarga. Baik yang ada di Toraja maupun dari luar Toraja. Kesepakatan dilakukan secara musyawarah mufakat terhadap berbagai item acara.

Harus diakui kesuksesan acara di Toraja, sangat ditentukan oleh adanya tradisi gotong-royong yang melibatkan keluarga dan masyarakat. Demikian pula dalam acara pemakaman yang digelar di dusun Kendenan.

Semua rangkaian acara termasuk gotong-royong yang melibatkan masyarakat, dikawal langsung kepala Lembang Ma'dong Gusti Sanggola. Dimana masih saudara langsung dengan almarhumah.

Pemotongan kerbau yang disiapkan oleh keluarga yang berduka. (Dokumentasi Pribadi)
Pemotongan kerbau yang disiapkan oleh keluarga yang berduka. (Dokumentasi Pribadi)

Dengan adanya tradisi gotong-royong yang masih dipertahankan di Toraja, membuktikan bahwa adanya kemajuan informasi dan teknologi, tidak mendegradasi budaya gotong-royong yang sudah menjadi tradisi turun temurun masyarakat Toraja.

Di satu sisi, tradisi gotong-royong dalam tradisi adat budaya Toraja telah menjadi salah satu elemen wisata di Toraja. Berupa atraksi wisata yang diminati oleh pengunjung dan wisatawan mancanegara.

Di tengah era digitalisasi saat ini, tradisi gotong-royong yang ada di Toraja maupun daerah lain di Indonesia, perlu terus dieksplor. Agar kearifan lokal warisan leluhur tersebut tetap lestari dan tak lekang oleh waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun