Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Mengedepankan Spirit Kesetaraan di Ajang Olimpiade

7 Agustus 2024   13:01 Diperbarui: 7 Agustus 2024   21:20 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atlet bulutangkis putri Spanyol Carolina Marin mendapat Aplause penonton. Dok XIN HUA/Jia Hai cheng via Kompas. Com) 

Apa jadinya jika spirit kesetaraan (egaliter) tidak mencuat dalam Olimpiade Paris 2024? Bisa jadi event olahraga terakbar di dunia tersebut, akan dikenang sebagai ajang yang menghadirkan kontroversi.

Perancis sebagai tuan rumah penyelenggara Olimpiade, lebih dulu menghadirkan kontroversi yang menggerus spirit kesetaraan pada seremoni pembukaan Olimpiade. Dimana ada satu sesi acara yang dianggap telah menyinggung umat Nasrani.

Umat di berbagai penjuru dunia langsung bereaksi atas kontroversi tersebut yang dinilai bertentangan dengan prinsip yang harus dikedepankan dari penyelenggaraan olimpiade. Sebagaimana yang menjadi janji atlet saat dibacakan pada seremoni pembukaan.

Pernyataan dari janji tersebut adalah, kami berjanji untuk ambil bagian dalam olimpiade ini dengan menghormati dan menaati peraturan dan dengan semangat fair play, inklusivitas, dan kesetaraan.

Bersama-sama kita berdiri dalam solidaritas dan berkomitmen pada olahraga tanpa doping, tanpa kecurangan, tanpa bentuk diskriminasi apa pun.

Kami melakukan ini demi kehormatan tim kami, dengan menghormati prinsip dasar olimpiade, dan untuk menjadikan dunia tempat yang lebih baik melalui olahraga.

Atlet bulutangkis Korsel An Se-young meminta penonton memberi aplause kepada Gregoria. Dok ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/Tom via Kompas. Com) 
Atlet bulutangkis Korsel An Se-young meminta penonton memberi aplause kepada Gregoria. Dok ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/Tom via Kompas. Com) 

Sebetulnya Perancis menempatkan kesetaraan sebagai salah satu dari tiga prinsip dasar yang menjadi semboyan dari konstitusi negara tersebut. Yakni kebebasan (liberte), kesetaraan (egalite) dan persaudaraan (fraternite).

Walau apa yang ditampilkan saat pembukaan olimpiade sebagai ekspresi kebebasan mutlak yang terkandung dalam semboyan konstitusi Perancis. Namun prinsip kesetaraan justru menjadi terabaikan sebagai esensi yang harusnya turut dikedepankan.

Itulah yang juga dilupakan pemain timnas Perancis yang terlibat bentrok dengan pemain Argentina di cabang sepakbola yang mempertemukan dua negara tersebut di babak perempat final. Ditambah lagi pemain Perancis yang sengaja 'mengejek' suporter Argentina saat selebrasi kemenangan.

Walaupun aksi pemain Perancis sebagai bentuk balasan kepada pemain timnas Argentina Enzo Fernandes pada perayaan juara Copa America 2024 yang dianggap  bertindak rasis pada pemain timnas Perancis. Namun tetap saja selebrasi mengejek tersebut, tidak dibenarkan dalam ajang olimpiade.

Sebagai negara yang mengusung senboyan kesetaraan, dunia iberharap pemerintah, atlet dan publik Perancis, menjadi garda terdepan dalam mengaktualisasikan spirit kesetaraan di negara tersebut.

Akan begitu indah saat melihat pemain Timnas Perancis merangkul pemain Argentina usai pertandingan dan melupakan tindakan rasisme yang menimpa mereka. Sayang momen itu tidak terjadi pada ajang Olimpiade Paris.

Sejatinya berharap agar penyelenggara, atlet dan penonton mengedepankan spirit kesetaraan, fair play dan inklusif selama ajang olimpiade, adalah sebuah keharusan. Karena itulah hakekat olimpiade digelar. Yakni menjadikan dunia tempat yang lebih baik melalui olahraga.

Atlet bulutangkis putri Spanyol Carolina Marin mendapat Aplause penonton. Dok XIN HUA/Jia Hai cheng via Kompas. Com) 
Atlet bulutangkis putri Spanyol Carolina Marin mendapat Aplause penonton. Dok XIN HUA/Jia Hai cheng via Kompas. Com) 
Namun jika spirit tersebut terabaikan dari dinamika berkompetisi, itu adalah hal yang tak bisa dielakkan. Dimana menjadi realitas, jika masih ada atlet dan penonton yang belum tercerahkan, dalam memaknai hakekat olimpiade.

Untungnya spirit kesetaraan menjadi aspek penting yang senantiasa mewarnai perhelatan olimpiade. Dimana hadir secara alamiah dan membuat ajang olimpiade menjadi bermakna dan penuh dimensi humanis.

Salah satunya saat penonton di cabang Judo memberi aplause berkepanjangan kepada atlet putri juara bertahan asal Jepang Uta Abe yang kalah dari atlet Uzbekistan Diera Keldierova. Saat itu Abe menangis histeris dalam pelukan pelatihnya, atas kekalahan yang tak terduga.

 Ini fenomena yang sangat mengharu biru, saat seluruh penonton di stadion memberi respek dan atensi yang besar kepada atlet yang kalah bertanding. Ini bukti, dimana penonton menempatkan atlet dalam posisi setara. Menang maupun kalah, berhak untuk diapresiasi.

Hal yang sama terjadi di cabang bulutangkis saat atlet Spanyol Carolina Marin yang tak mampu melanjutkan pertandingan di babak semifinal karena cidera, saat melawan atlet China He Bingjiao.

Seluruh penonton memberi aplause kepada Marin yang menangis kesakitan, sebagai bentuk apresiasi dan respek atas perjuangan luar biasa yang sudah dilakukan di cabang bulutangkis.

Sikap kesetaraan juga ditunjukan para atlet tenis meja ganda campuran Korea Selatan dan Korea Utara. Dimana tak sungkan melakukan foto bersama (selfie), usai upacara pengalungan medali juara. Ikut dalam foto bersama dua negara Korea tersebut, adalah atlet tenis meja China.

Di tengah rivalitas ketegangan dua negara di semenanjung Korea tersebut, aksi selfie para atlet yang mewakili negaranya itu, menjadi bukti kesetaraan di olahraga bisa menjadi perekat keharmonisan dan kebersamaan.

Bahwa dalam dimensi geopolitik, antar negara bisa saja saling berkonflik. Namun dalam dimensi olahraga, harus tetap menjaga semangat sportivitas dan keakraban. Itulah esensi dari kesetaraan di olahraga yang harus dikedepankan oleh seluruh elemen yang terlibat.

Dan yang menjadi teladan dalam spirit kesetaraan adalah atlet bulutangkis China He Bingjiao yang sengaja membawa atribut Spanyol berukuran kecil, saat upacara pengalungan medali. Aksi itu sebagai bentuk respek kepada Carolina Marin yang ia kalahkan di semifinal.

Seluruh dunia melihat aksi tersebut membawa pesan nilai, bahwa sebagai pemenang harus tetap menghormati yang kalah. Harus menempatkan sesama atlet dalam kesetaraan. Baik saat di berada atas panggung juara, maupun saat sedang berlaga.

Itulah yang ditunjukkan peraih medali emas bulutangkis putri asal Korsel An Se-young, sesaat setelah mengalahkan atlet Indonesia Gregoria Mariska Tunjung di semifinal. Dimana ia mengajak seluruh penonton di stadion memberi aplause kepada Gregoria, untuk menghargai perjuangannya.

Gregoria sendiri meraih medali perunggu dari cabang bulutangkis tanpa harus melakukan pertandingan. Medali itu menjadi medali pertama bagi Indonesia di Olimpiade Paris. Walau merebut medali tanpa bertanding, Gregoria mengaku itu bukan cara yang ia inginkan dalam meraih medali.

Dari cabang Voli putri, pelukan persahabatan terjadi antara atlet Turki Melissa Vargas dengan atlet China Wang Yuan, menjadi momen mengharukan disaksikan oleh penonton. Pelukan diberikan Vargas untuk menghibur Yuan yang bersedih, usai Turki mengalahkan China di perempat final.

Luar biasa, dalam momen kemenangan pun masih menyempatkan memberi respek kepada yang kalah. Tidak saling menjatuhkan, sebaliknya saling mengangkat dan menguatkan. Dan itu sudah ditunjukan para atlet di ajang Olimpiade 2024.

Seandainya saja hal ini bisa dipraktekkan oleh para pemimpin dunia di manapun berada, mungkin tidak ada konflik (perang) yang terjadi di belahan dunia ini.

Semoga spirit kesetaraan yang berhembus dari ajang Olimpiade Paris, bisa membawa angin perdamaian bagi bumi, dimana segenap umat manusia berpijak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun