Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Mengedepankan Spirit Kesetaraan di Ajang Olimpiade

7 Agustus 2024   13:01 Diperbarui: 7 Agustus 2024   21:20 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atlet bulutangkis putri Spanyol Carolina Marin mendapat Aplause penonton. Dok XIN HUA/Jia Hai cheng via Kompas. Com) 

Walaupun aksi pemain Perancis sebagai bentuk balasan kepada pemain timnas Argentina Enzo Fernandes pada perayaan juara Copa America 2024 yang dianggap  bertindak rasis pada pemain timnas Perancis. Namun tetap saja selebrasi mengejek tersebut, tidak dibenarkan dalam ajang olimpiade.

Sebagai negara yang mengusung senboyan kesetaraan, dunia iberharap pemerintah, atlet dan publik Perancis, menjadi garda terdepan dalam mengaktualisasikan spirit kesetaraan di negara tersebut.

Akan begitu indah saat melihat pemain Timnas Perancis merangkul pemain Argentina usai pertandingan dan melupakan tindakan rasisme yang menimpa mereka. Sayang momen itu tidak terjadi pada ajang Olimpiade Paris.

Sejatinya berharap agar penyelenggara, atlet dan penonton mengedepankan spirit kesetaraan, fair play dan inklusif selama ajang olimpiade, adalah sebuah keharusan. Karena itulah hakekat olimpiade digelar. Yakni menjadikan dunia tempat yang lebih baik melalui olahraga.

Atlet bulutangkis putri Spanyol Carolina Marin mendapat Aplause penonton. Dok XIN HUA/Jia Hai cheng via Kompas. Com) 
Atlet bulutangkis putri Spanyol Carolina Marin mendapat Aplause penonton. Dok XIN HUA/Jia Hai cheng via Kompas. Com) 
Namun jika spirit tersebut terabaikan dari dinamika berkompetisi, itu adalah hal yang tak bisa dielakkan. Dimana menjadi realitas, jika masih ada atlet dan penonton yang belum tercerahkan, dalam memaknai hakekat olimpiade.

Untungnya spirit kesetaraan menjadi aspek penting yang senantiasa mewarnai perhelatan olimpiade. Dimana hadir secara alamiah dan membuat ajang olimpiade menjadi bermakna dan penuh dimensi humanis.

Salah satunya saat penonton di cabang Judo memberi aplause berkepanjangan kepada atlet putri juara bertahan asal Jepang Uta Abe yang kalah dari atlet Uzbekistan Diera Keldierova. Saat itu Abe menangis histeris dalam pelukan pelatihnya, atas kekalahan yang tak terduga.

 Ini fenomena yang sangat mengharu biru, saat seluruh penonton di stadion memberi respek dan atensi yang besar kepada atlet yang kalah bertanding. Ini bukti, dimana penonton menempatkan atlet dalam posisi setara. Menang maupun kalah, berhak untuk diapresiasi.

Hal yang sama terjadi di cabang bulutangkis saat atlet Spanyol Carolina Marin yang tak mampu melanjutkan pertandingan di babak semifinal karena cidera, saat melawan atlet China He Bingjiao.

Seluruh penonton memberi aplause kepada Marin yang menangis kesakitan, sebagai bentuk apresiasi dan respek atas perjuangan luar biasa yang sudah dilakukan di cabang bulutangkis.

Sikap kesetaraan juga ditunjukan para atlet tenis meja ganda campuran Korea Selatan dan Korea Utara. Dimana tak sungkan melakukan foto bersama (selfie), usai upacara pengalungan medali juara. Ikut dalam foto bersama dua negara Korea tersebut, adalah atlet tenis meja China.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun