Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Dampak Surutnya Danau Poso terhadap Keberlanjutan Energi Terbarukan

6 November 2023   22:58 Diperbarui: 8 November 2023   23:36 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan surutnya danau Poso yang berdampak pada kurangnya debit air untuk PLTA. (Dokumentasi Pribadi)

Dari sini bisa dipetik pelajaran, bahwa apapun skema yang dibuat manusia (perusahaan) dalam pemanfaatan sumber daya energi terbarukan, tidak akan bisa membendung gelagat alam yang meniscayakan adanya penyusutan air danau.

Mungkin ini bentuk 'interupsi' alam kepada manusia (perusahaan) atas mandat mengelola sumber daya alam yang melimpah. Bahwa jangan pernah merasa superioritas dalam mengeksploitasi sumber daya alam, demi kepentingan apapun (termasuk energi terbarukan).

Kapal pengeruk milik perusahaan PLTA yang terlihat di danau Poso. (Dokumentasi pribadi)
Kapal pengeruk milik perusahaan PLTA yang terlihat di danau Poso. (Dokumentasi pribadi)

Karena ketika superioritas didahulukan, maka eksploitasi yang dilakukan demi peningkatan kapasitas usaha, akan menggerus kebijakan dalam menjaga keseimbangan antara aspek ekonomi dan ekologi.

Saat gelagat alam menghadirkan fenomena surutnya air danau secara signifikan, maka stakeholder terkait tidak berdaya menghadapi realitas tersebut. Pada akhirnya membuat kebijakan pemadaman bergilir. 

Padahal perlu ada langkah antisipasi demi keberlanjutan energi terbarukan memanfaatkan potensi Danau Poso. Atau memanfaatkan sumber daya alam lainnya, seperti panas matahari atau angin. 

Realitas surutnya air danau sebagai sumber energi terbarukan, akan menjadi tantangan terhadap rencana strategi Accelerated Renewable Energy Development (ARED) atau percepatan pengembangan energi terbarukan oleh Pemerintah.

Di mana strategi ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas energi terbarukan hingga 75 persen di tahun 2040, dengan PLN sebagai leading sektornya dibawah arahan Kementerian ESDM.

Dalam strategi ARED tersebut, akan didominasi lewat pemanfaatan air sebagai sumber energi listrik yang akan meningkat menjadi 25,3 gigawatt (GW) di tahun 2040. Tentunya pemanfaatan sumber air yang terkonversi menjadi energi listrik dilakukan melalui PLTA.

Realitas kemarau panjang yang mengakibatkan surutnya air permukaan pada danau, memerlukan mitigasi yang tepat terkait strategi ARED tersebut. Agar kedepan dalam menghadapi kemarau panjang, sumber air untuk PLTA tidak lagi mengalami surut secara signifikan.

Hal lain yang bisa menjadi pelajaran adalah, di saat tidak terkena jadwal pemadaman bergilir, kita sebagai masyarakat tetap harus mengutamakan penghematan dalam pemakaian energi listrik.

Karena dari penghematan tersebut, menjadi bagian dari upaya mitigasi terhadap kondisi keterbatasan energi listrik yang bersumber dari energi terbarukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun