Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Akselerasi Destinasi Unggulan, Sulteng Negeri Seribu Megalit

27 Oktober 2023   12:50 Diperbarui: 28 Oktober 2023   07:54 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Palindo di Lembah Bada yang merupakan peninggalan zaman megalitik. Sumber: pesonawisata.sultengprov.go.id via kompas.com

Sebagai contoh keberadaan situs patung Megalit yang tersebar di lembah Lore diperhadapkan dengan kendala aksesibilitas. Baik dari segi akses jarak dan waktu, juga kemantapan infrastruktur jalan. Ini adalah realitas yang harus diantisipasi dan ditangani oleh Pemprov Sulteng. 

Jarak dari Kota Palu menuju lembah Behoa  dimana situs patung batu Palindo berlokasi, cukup jauh sekitar 340 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 8 jam dan hanya bisa ditempuh menggunakan transportasi darat.

Demikian pula dari Palu menuju lembah Behoa lokasi situs patung Pokekea berada, sejauh 167 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 4 jam. Serta lembah Napu sejauh 117 kilometer, dimana waktu tempuh berkisar 3 jam.

Adapun moda transportasi angkutan darat yang memadai untuk rute Kota Palu-Lembah Bada belum tersedia. Yang ada hanya rute Kota Poso-Lembah Bada. Jadi jika wisatawan yang datang melalui pintu masuk Kota Palu, harus menyewa kendaraan roda empat, dan rela menempuh jarak yang jauh.

Sebenarnya aksesibilitas lebih dekat jika melalui Kabupaten Sigi yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Poso. Sayangnya konektivitas antara perbatasan di Desa Moa di Kulawi Selatan Kabupaten Sigi dengan Desa Tuare di Lore Barat Kabupaten Poso, belum terbuka untuk dilewati kendaraan roda empat.

Keberadaan situs Megalit di lembah Behoa Lore Tengah. Doc Pri
Keberadaan situs Megalit di lembah Behoa Lore Tengah. Doc Pri

Belum lagi kendala akomodasi dan amenities (fasilitas pendukung) yang sangat dibutuhkan oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Sebenarnya di lembah Lore juga sudah ada sarana akomodasi serta kuliner, namun masih terbatas jumlahnya.

Jika lompatan kunjungan wisatawan pasca pencanangan sebagai targetnya, maka keberadaan sarana akomodasi beserta aminiites yang memadai di sekitar destinasi wisata sudah harus disiapkan. Sebagai langkah akselerasi Sulteng Negeri Seribu Megaliti menjadi destinasi unggulan.

Pendekatan Storynomics Tourism

Satu hal yang menarik disampaikan oleh Wapres adalah, pentingnya pendekatan narasi kearifan lokal terkait wisata sejarah Megalit. Tentu pernyataan Wapres berangkat dari kesadaran, bahwa situs Megalith sebagai karya peninggalan sejarah masa lalu yang ikonik. Dimana membutuhkan sentuhan kearifan lokal, guna menjadikannya sebagai destinasi unggulan.  

Keraifan lokal tersebut meliputi sejarah, tradisi, adat istiadat, religiusitas, serta seni budaya yang menjadi denyut peradaban yang hidup bersama situs Megalith berada. Tentunya yang menjadi objek dari kearifan lokal adalah masyarakat yang keberadaannya di lingkar situs Megalit.

Maka yang paling pantas mengangkat narasi kerafian lokal dalam bentuk storynomics tourism adalah masyarakat lokal itu sendiri, dibantu pihak terkait yang relevan dan kompoten, menindaklanjutinya menjadi promosi wisata baik secara online maupun ofline.

Unsur seni budaya dan kearifan lokal saat pencanangan Sulteng Negeri Seribu Megalit. Dok Dinas Pariwisata Sulteng
Unsur seni budaya dan kearifan lokal saat pencanangan Sulteng Negeri Seribu Megalit. Dok Dinas Pariwisata Sulteng

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun