"Pada momentum yang baik ini, sebagai anggota keluarga dan sebagai Ketua ASEAN saya ingin tegaskan bahwa kesatuan ASEAN sampai dengan saat ini masih terpelihara dengan baik."Â
Pernyataan Presiden Jokowi pada lead di atas, merupakan bagian dari sambutan yang disampaikan pada pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke 43 ASEAN di Jakarta, 5 September 2023. Di mana dihadiri oleh 11 negara Anggota ASEAN serta sejumlah negara undangan lainnya.
Pernyataan tersebut secara tidak langsung menegaskan, kalau Perhimpunan Negara-Negara di Asia Tenggara (ASEAN) hingga saat ini tetap solid menjaga kebersamaan. Terbukti dengan terpeliharanya kesatuan dan tidak ada perpecahan di dalam tubuh ASEAN yang sudah berusia 56 tahun sejak berdiri tahun 1967.
Makna soal solidnya keberadaan ASEAN, juga sebagai penegasan bahwa, tidak terpengaruh dengan situasi terkini di Kawasan Indo-Pasifik. Terutama adanya ketegangan dan rivalitas antara dua kekuatan negara besar. Yakni Amerika dan China, dalam ranah ekonomi dan keamanan.
Tentu Indonesia lewat Presiden Jokowi hendak menyampaikan pesan global kepada dunia. Bahwa meskipun ada dampaknya, namun rivalitas tersebut tidak membuat negara anggota ASEAN terpolarisasi apalagi sampai terpecah.
Walau mungkin saja ada di antara anggota ASEAN yang punya kebijakan maupun political will kepada salah satu dari dua negara yang sedang terlibat rivalitas tersebut, namun dalam konteks ASEAN tetap menjaga kekompakan.
Sebagai contoh, Indonesia dalam kebijakan ekonomi dan investasi hilirisasi industri misalnya, lebih welcome ke negara China. Namun dalam rivalitas geopolitik global di Kawasan Indo-Pasifik, tentu saja Indonesia tidak serta merta berpihak ke China.
Atau memberi pengaruh kepada sesama anggota ASEAN untuk berpihak atau condong ke salah satu negara. Indonesia menghindari polarisasi tersebut, namun tetap mengingatkan negara yang terlibat rivalitas, agar tidak gegabah dalam bertindak.
Selain itu kebijakan politik Indonesia berperan aktif untuk turut serta menjaga perdamaian dan kestabilan di kawasan tersebut. Agar jangan sampai berdampak serius bagi negara anggota ASEAN yang berada dalam Kawasan Indo-Pasifik.
Menghindari Proxi Kekuatan Manapun
Sebagai Ketua ASEAN saat ini, Indonesia sadar betul bahwa ASEAN telah menjadi kekuatan multi sektor di Kawasan Indo-Pasifik yang turut berpengaruh terhadap eksistensi sejumlah negara di dunia.
Tentu kekuatan ini bisa menjadi modal bagi negara berkepentingan, jika mampu menarik dan memberi pengaruh sebagai bagian dari 'sekutu'. Di mana kesolidan ASEAN hanya bisa dilemahkan dengan cara perpecahan di antara sesama negara anggota.
Maka cara ampuh untuk bisa memecah kesolidan anggota ASEAN tentu saja lewat pendekatan proxy war yang sudah teruji mampu memecah sejumlah negara, lewat konflik berkepanjangan.
Untungnya sebagaimana ditegaskan Presiden Jokowi, anggota ASEAN sudah sepakat untuk tidak menjadi proxy bagi kekuatan manapun. Sebaliknya tetap dapat bekerja sama dengan siapapun dan negara manapun, bagi kepentingan perdamaian dan kemakmuran.
Pentingnya menjaga Kawasan Indo-Pasifik, Indonesia sebagai tuan rumah KTT ASEAN kali ini turut mengundang sejumlah negara di luar ASEAN yang berpengaruh di kawasan tersebut. Yakni Jepang, Korea Selatan, RRC, Australia, Selandia Baru, Kanada, Rusia serta Amerika Serikat.
Undangan tersebut tentu tidak sekadar menghadiri KTT semata, namun hendak menegaskan komitmen sejumlah negara tersebut, dalam ikut serta menjaga Kawasan Indo-Pasifik.
Hal tersebut sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi kepada tiga Pemimpin Pemerintahan Korsel, Jepang, dan China yang tergabung dalam ASEAN Indo-Pasifik Forum.
Bahwa merupakan tanggung jawab semua negara yang berada di Kawasan Indo-Pasifik, untuk menjaga stabilitas dan kesejahteraan di Kawasan tersebut. Karena dengan terciptanya perdamaian dan stabilitas Kawasan, maka pertumbuhan ekonomi di ASEAN akan turut kondusif.
Karena harus diakui peluang Amerika dan China untuk menjadikan Indo-Pasifik sebagai area rivalitas akan berpengaruh terhadap posisi ASEAN. Sebab wilayah Asia Tenggara adalah transisi antara Samudra Hindia dan Pasifik. Makanya, konsepsi geopolitik berupa Indo-Pasifik yang stabil dan damai sangat penting bagi ASEAN.
Berlayar di Samudera Tantangan
Isu soal Kawasan Indo-Pasifik mencuat dalam KTT ke 43 ASEAN yang dihelat di Indonesia. Adapun aspek sttategis yang diangkat dalam pembahasan isu Kawasan Indo-Pasifik yakni penguatan kerja sama ekonomi dan keamanan.
Hal ini pula yang ditekankan Presiden Jokowi dalam kesempatan berbicara di Forum KTT. Di mana mengibaratkan ASEAN sebagai kapal yang tengah berlayar di samudra yang rawan gelombang dan tantangan.Â
Maka jangan sampai kapal ASEAN menjadi arena rivalitas yang saling menghancurkan. Sebaliknya menjadi ladang untuk menumbuhkan kerja sama yang menciptakan kemakmuran dan stabilitas bersama. Bukan saja bagi Kawasan, namun juga bagi dunia.
Tantangan masa depan yang semakin berat dihadapi ASEAN tentu bukan sekadar ucapan, jika melihat kecenderungan global yang terjadi saat ini. Yakni transisi enegi, transformasi digital, krisis ketahanan pangan, degradasi lingkungan, gangguan rantai pasok, perang dagang dan konflik global.
Komitmen negara ASEAN untuk tumbuh bersama dan maju bersama, tentu saja membutuhkan kesolidan untuk dapat bersama-sama mengatasi kecenderungan global tersebut.
Semakin solid dan kuat persatuan ASEAN, maka kecenderungan global sebagai gelombang tantangan akan dapat diatasi bersama. Demikian pula semakin banyak kerja sama dilakukan bersama negara-negara di luar ASEAN lewat berbagai forum ekonomi dan politik, maka target kesejahteraan dan kemakmuran akan mudah dicapai.
Dalam konteks geostrategis, wilayah ASEAN merupakan transisi antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, sebagai sebuah zona maritim penting dunia. Keberadaan Laut China Selatan dan Selat Malaka menjadi jalur perdagangan maritim paling sibuk di dunia.
Maka bisa dibayangkan jika rivalitas di Kawasan Indo-Pasifik memanas dan tidak tercipta stabilitas, maka akan berdampak langsung terhadap wilayah ASEAN yang menjadi jalur perdagangan maritim dunia.
Di mana rantai pasok akan terganggu. Ketahanan pangan dan logistik juga ikut terganggu. Maka ekonomi negara ASEAN akan terdampak signifikan. Satu hal yang tentu saja tidak diinginkan oleh ASEAN terjadi di Kawasan Indo-Pasifik.
Karena itu sikap responsif, proaktif serta antisipatif yang ditekankan lewat KTT ASEAN kali ini terhadap isu Kawasan Indo-Pasifik, sangat relevan dalam upaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi ASEAN dan kestabilan kawasan di masa depan.
Sampai di sini peran diplomasi Indonesia sebagai Ketua ASEAN tahun 2023 sudah on the track dalam menghadirkan negara-negara terlibat rivalitas di Kawasan Indo Pasifik. Serta menggandeng negara lain untuk bersama anggota ASEAN, memajukan ekonomi, serta menjaga stabilitas, dan perdamaian kawasan.
Ini sejalan dengan yang disampaikan Presiden Jokowi. Bahwa samudra dunia terlalu luas untuk dilayari seorang diri. Dalam perjalanan akan ada kapal-kapal lainnya, di antaranya kapal-kapal mitra ASEAN yang turut berlayar di samudra yang sama.
Semoga lewat pembahasan, kerja sama dan kesamaan konsepsi yang terbangun dalam KTT ASEAN, maka ekosistem di kawasan Indo-Pasifik yang solid, damai dan sejahtera akan dapat diwujudkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H