Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menakar Figur Pemimpin Strategik pada Pemilu 2024

20 Agustus 2023   20:26 Diperbarui: 21 Agustus 2023   09:33 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemimpin strategik | Ilustrasi kompas.id/Didie SW 

Dukungan Budiman Sujatmiko terhadap Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto menimbulkan kontroversi dan membuat konfigurasi politik jelang pemilu 2024 semakin menghangat. 

Mengapa kontroversi. Pertama, Budiman adalah kader PDI Perjuangan yang sudah mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai Capres. Kedua, Budiman berideologikan marhaenis dan sukarnois yang paham betul tentang langgam dan ajaran Sukarno.

Ketiga, Budiman adalah tokoh reformasi 1998, dimana demi memperjuangan reformasi harus mendekam di dalam penjara. Bagi generasi yang ambil bagian dalam perjuangan reformasi, tentu familiar dengan sosok Budiman Sudjatmiko.

Keempat, dalam pentas politik Budiman adalah politisi intelektual dan berkarakter low profile. Kemampuannya dalam berdialektika dengan rival politik, senantiasa mengedepankan argumentasi yang substansif dan narasi mencerahkan.

Jokowi bersama Prabowo dan Ganjar saat berkunjung ke areal persawahan. Doc Sekertariat Presiden
Jokowi bersama Prabowo dan Ganjar saat berkunjung ke areal persawahan. Doc Sekertariat Presiden

Dengan latar belakang tersebut wajar jika dukungan yang diberikan Budiman terhadap Prabowo di ruang publik, menimbulkan kontroversi. Karena kontradiksi dengan ideologi, intelektual dan kapasitas yang dimilikinya.

Namun dukungan Budiman terhadap Prabowo bukan tanpa alasan. Yakni Indonesia kedepan membutuhkan figur pemimpin strategik yang dapat mengatasi tantangan dan krisis global kedepan. Dimana menurut Budiman figur tersebut ada pada sosok Prabowo.

Kecenderungan Isu Krisis Global

Pertanyaannya, urgenkah jika kedepan Indonesia membutuhkan figur pemimpinan strategik, bukan sekedar pemimpin transformatif dalam mengatasi tantangan global dengan berbagai isu yang mencuat?

Pemimpin strategik disini adalah pemimpin yang paham benar tentang  konsepsi dan kajian geostrategi tidak hanya geopolitik. Dimana geostrategi lebih mengarah pada strategi pembangunan untuk menciptakan masa depan negara yang lebih bermartabat serta aman.

Pemimpin Strategik harus dapat menjaga martabat Indonesia di pentas dunia. Doc Sekertariat Presiden
Pemimpin Strategik harus dapat menjaga martabat Indonesia di pentas dunia. Doc Sekertariat Presiden
Sementara geopolitik lebih fokus pada kajian soal faktor geografi, strategi, serta politik dalam suatu negara. Kajian ini bersifat nasional dan mencakup satu wilayah negara.

Dalam konsepsi geostrategis tersebut, maka kepemimpinan strategik mutlak dibutuhkan. Yakni meliputi kemampuan mengantisipasi, memiliki visi, dan mempertahankan fleksibilitas. Serta menciptakan perubahan strategis yang diperlukan.

Sebagaimana disebutkan Budiman, masa depan Indonesia akan berhadapan dengan banyak permasalaham global. Mulai dari, ekonomi, perang, hingga perkembangan teknolog. Apa yang disebutkan Budiman adalah sebuah keniscayaan.

Karena kecenderungan isu krisis global tidak akan jauh-jauh dari hal tersebut. Yakni krisis pangan, energi, lingkungan, iptek serta konflik global yang bisa berdampak pada stabilitas setiap negara, jika tidak mengantisipasi dari sedini mungkin.

Seiring dengan pertambahan penduduk di tiap negara, maka kebutuhan pangan, air bersih, energi dan teknologi juga akan ikut meningkat. Bagi negara yang lemah kajian geopolitik dan geostrategisnya, maka ancaman instabilitas bisa mendegradasi keutuhan negara.

Maka tidak salah jika kedepan Indonesia membutuhkan figur pemimpin strategik untuk mengantisipasi kecenderungan global di masa mendatang. Demi masa depan negara yang lebih bermartabat dan aman dari berbagai gangguan.

Tentu pemimpin strategik dimaksud adalah kepemimpinan yang memadukan kemampuan konsepsi dan kajian geopolitik dan geostrategi secara mumpuni. Dimana melihat kecenderungan global tidak sebagai tantangan, namun peluang untuk kemajuan masa depan bangsa.

Tiga Paradoks Sebagai Realitas

Walau tidak sempurna, namun kepemimpinan Presiden Jokowi dalam konteks pemimpin strategik terhadap negara Indonesia yang bermartabat dan aman, sudah teruji serta bisa menjadi rujukan.

Secara internal walau ada riak-riak gangguan keamanan, namun secara umum stabilitas negara masih tetap terjaga baik. Itu tidak lepas dari strategi untuk meminimalisir dinamika yang mencuat, lewat pendekatan kebijakan dan penanganan yang egaliter.

Secara eksternal, tidak ada pergerakan negara luar yang mengancam keamanan negara Indonesia. Justru sebaliknya Indonesia lewat Presiden Jokowi terlibat aktif, dalam upaya menjaga ketertiban dan perdamaian dunia.

Demikian pula untuk ketahanan pangan dan energi juga stabil. Meski perang Rusia-Ukraina sempat berpengaruh terhadap sektor pangan dan energi global, namun antisipasi yang dilakukan Pemerintah iIndonesia tidak berdampak signifikan terhadap dua sektor ini.

Presiden Jokowi berulang kali mengingatkan, agar Indonesia jangan sampai terpeleset dalam mengelola dua sektor ini, karena berkaitan dengan kelangsungan hidup rakyat banyak.

Kembali ke soal kepemimpinan strategik dalam merespon kecenderungan global, maka ada tiga paradoks yang perlu diantisipasi dan dikelola siapapun Capres yang akan berkontestasi.

Tiga paradoks ini adalah realitas seiring dengan kemajuan teknologi digitalisasi sebagaimana disebut dalam buku Citizen 4.0 karya Hermawan Kartajaya. Yakni pertama, online versus offline. Kedua style (tampilan) versus substansi. Ketiga, machine (mesin) versus human (manusia) .

Sejatinya tiga paradoks global ini tidak saling melemahkan, namun saling menguatkan. Sebagai contoh interaksi sesama manusia tidak menafikan dilakukan secara online, namun secara offline tetap mutlak dilakukan.

Hasil kerja pembangunan Presiden Jokowi bisa dilihat secara online melalui media sosial. Namun secara offline, Jokowi merasa harus turun lapangan bertemu rakyat untuk menegaskan hasil kerjanya.

Demikian pula antara mesin (teknologi) versus manusia . Bahwa mesin teknologi terus berkembang seiring kemajuan peradaban, bahkan menggerus peran tenaga kerja manusia. Namun pada akhirnya manusia tetap sebagai pengendalinya.

Juga antara tampilan versus substansi. Bahwa tampilan penting sebagai sebuah branding, namun substansi tidak kalah penting sebagai pencerahan di ruang publik. Kepemimpinan sebagai substansi tentu membutuhkan tampilan dalam membangun citra positif.

Pemimpinan strategik dalam kecenderungan global, tentu bukanlah figur  yang gagap dalam merespon tiga paradoks tersebut. Sebaliknya mampu memanfaatkannya, sebagai kekuatan dalam membangun masa depan peradaban.  

Yakni dapat memaksimalkan koneksi secara offline dan online terhadap orang lain. Dapat berinteraksi dengan mengintegrasikan penampilan dan substansi. Serta dapat memperbanyak relasi antar manusia lewat pemanfaatan mesin teknologi.

Terpulang Pada Preferensi Pemilih

Pada akhirnya soal siapa figur pemimpin strategik kedepan yang layak memimpin negara ini kedepan, terpulang kepada rakyat Indonesia untuk menilai dan menakarnya.

Rakyat sebagai pemilih, tentu punya preferensi (pilihan)terhadap figur yang dianggap ideal memimpin Indonesia di tahun 2024 nanti, menggantikan sosok Jokowi.  

Ekspektasi Budiman Sujatmiko maupun elit politik lainnya dalam melihat figur pemimpin strategik berdasarkan konsepsinya, tentu akan berbeda dengan alam kesadaran rakyat lainnya.

Dengan standar kerja dan kesukaan publik yang sangat tinggi terhadap Jokowi sebagaimana hasil survei dari berbagai lembaga, maka rakyat tentu akan menakar dan membandingkan siapa figur yang bisa bekerja seperti Jokowi.

Dimana dalam konteks geopolitik mampu menjaga ketahanan dan kestabilan dalam negeri lewat pengelolaaan berbagai sektor produktif. Serta membangun Indonesia dalam pendekatan Indonesia Sentris.

Sementara dalam konteks geostrategis mampu menjaga martabat bangsa lewat peran dan kontribusi bagi peradaban dunia. Tentu dengan tetap menjaga kepentingan dan martabat Indonesia dalam konteks global.

Artinya afirmasi terhadap figur Jokowi baik di dalam negeri maupun luar negeri sebagai pemimpin negara yang berprestasi tidak diragukan lagi. Bahwa kepemimpinan Jokowi dalam memainkan peran strategis dalam konteks nasional maupun global sudah terbukti.

Maka keuntungan politik tentu berpeluang besar pada Capres yang akan melanjutkan legacy Jokowi dalam momentum Pemilu 2024. Yakni Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo .

Terbukti survey elektabilitas Capres dari berbagai lembaga survey secara bergantian menempatkan kedua figur itu pada posisi teratas. Antara Prabowo dan Ganjar sudah menegaskan akan melanjutkan kebijakan dan program yang sudah dilakukan Jokowi.

Kuncinya sekarang ada pada siapa yang menjadikan setiap peristiwa politik sebagai keuntungan politik di ruang publik. Dukungan Budiman terhadap Prabowo, tentu memberikan keuntungan politik bagi bersangkutan.

Demikian pula dengan menyematkan kepemimpinan strategik pada diri Prabowo, tentu berimplikasi pada citra positif sebagai Capres. Citra positif tentu akan mempengaruhi tingkat preferensi pemilih jika terus terbangun di ruang publik.  

Jelang pemilu 2024 masih ada waktu bagi para Capres untuk meyakinkan rakyat sebagai pemilih. Terutama bagi Ganjar dan Prabowo yang akan melanjutkan legacy kepemimpinan Jokowi dalam membangun Indonesia

Keduanya harus bisa membuktikan langgam kepemimpinan strategik di ruang publik. Karena bagi rakyat pemimpin yang dibutuhkan kedepan bukanlah yang muluk-muluk sebagaimana yang diekspektasikan oleh para elit politik.

Bagi rakyat, sosok pemimpin yang dibutuhkan adalah pemimpin yang bekerja nyata, merakyat, adil, dan bisa membanggakan Indonesia di pentas dunia. Itulah pemimpinan strategik di mata rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun