Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menakar Figur Pemimpin Strategik pada Pemilu 2024

20 Agustus 2023   20:26 Diperbarui: 21 Agustus 2023   09:33 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemimpin strategik | Ilustrasi kompas.id/Didie SW 

Demikian pula untuk ketahanan pangan dan energi juga stabil. Meski perang Rusia-Ukraina sempat berpengaruh terhadap sektor pangan dan energi global, namun antisipasi yang dilakukan Pemerintah iIndonesia tidak berdampak signifikan terhadap dua sektor ini.

Presiden Jokowi berulang kali mengingatkan, agar Indonesia jangan sampai terpeleset dalam mengelola dua sektor ini, karena berkaitan dengan kelangsungan hidup rakyat banyak.

Kembali ke soal kepemimpinan strategik dalam merespon kecenderungan global, maka ada tiga paradoks yang perlu diantisipasi dan dikelola siapapun Capres yang akan berkontestasi.

Tiga paradoks ini adalah realitas seiring dengan kemajuan teknologi digitalisasi sebagaimana disebut dalam buku Citizen 4.0 karya Hermawan Kartajaya. Yakni pertama, online versus offline. Kedua style (tampilan) versus substansi. Ketiga, machine (mesin) versus human (manusia) .

Sejatinya tiga paradoks global ini tidak saling melemahkan, namun saling menguatkan. Sebagai contoh interaksi sesama manusia tidak menafikan dilakukan secara online, namun secara offline tetap mutlak dilakukan.

Hasil kerja pembangunan Presiden Jokowi bisa dilihat secara online melalui media sosial. Namun secara offline, Jokowi merasa harus turun lapangan bertemu rakyat untuk menegaskan hasil kerjanya.

Demikian pula antara mesin (teknologi) versus manusia . Bahwa mesin teknologi terus berkembang seiring kemajuan peradaban, bahkan menggerus peran tenaga kerja manusia. Namun pada akhirnya manusia tetap sebagai pengendalinya.

Juga antara tampilan versus substansi. Bahwa tampilan penting sebagai sebuah branding, namun substansi tidak kalah penting sebagai pencerahan di ruang publik. Kepemimpinan sebagai substansi tentu membutuhkan tampilan dalam membangun citra positif.

Pemimpinan strategik dalam kecenderungan global, tentu bukanlah figur  yang gagap dalam merespon tiga paradoks tersebut. Sebaliknya mampu memanfaatkannya, sebagai kekuatan dalam membangun masa depan peradaban.  

Yakni dapat memaksimalkan koneksi secara offline dan online terhadap orang lain. Dapat berinteraksi dengan mengintegrasikan penampilan dan substansi. Serta dapat memperbanyak relasi antar manusia lewat pemanfaatan mesin teknologi.

Terpulang Pada Preferensi Pemilih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun