Sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia yakni 23 persen, serta memberlakukan kebijakan pelarangan ekspor bahan mentah nikel, maka posisi Indonesia terkait hilirisasi industri nikel dalam pusaran geopolitik global menjadi strategis.
Dimana negara luar sangat berminat untuk berinvestasi dalam hilirisasi industri nikel di Indonesia. Walau tahu bahwa potensi Indonesia diminati, namun Pemerintah tidak mau diintervensi oleh dan satu negara pun dalam urusan hilirisasi. Â
Namun demikian, Indonesia sebenarnya bersikap terbuka untuk merangkul negara benua lain untuk masuk di Indonesia. Bukan hanya dari Asia, namun juga Eropa dan Amerika. Kunjungan Jokowi ke Elon Musk merupakan sinyal untuk merangkul Amerika terlibat dalam hilirisasi industri nikel tersebut.
Jika terkesan Indonesia memberi karpet merah kepada Cina terkait industri pemurnian nikel (Smelter) di Indonesia, karena memang negara tirai bambu tersebut tangguh dan teruji dalam industri smelter.
Selain cepat, juga menguasai teknologi smelter secara mumpuni. Terlihat dari eksistensi industri smelter di beberapa daerah seperti Morowali dan Morowali Utara di Sulawesi Tengah yang terus berproduksi hingga kini.
Tentu berdampak pada masuknya banyak Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Cina ke sejumlah smelter di Indonesia, sehingga terkadang menimbulkan konflik di internal perusahaan. Seperti yang terjadi di PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) Morowali Utara belum lama ini.
Namun di satu sisi keberadaan TKA yang menguasai teknologi smelter ini, bisa dimanfaatkan untuk melakukan transformasi skill dan knowledge ke TKI, sehingga kedepan kita bisa mandiri di industri hilirisasi smelter.
Saya yakin pasti ada 'kecemburuan" negara lain khususnya Amerika atas karpet merah Indonesia terhadap Cina dalam industri smelter nikel. Mengingat rivalitas Amerika dan Cina dalam persaingan ekonomi global pada konteks Indo Pasifik.
Rivalitas ini akan semakin menghangat, melihat Cina mendapat prioritas dari Indonesia terkait industri nikel. Emang negara mana yang tidak tertarik mendapat karpet merah dalam mengelola sumberdaya alam di Indonesia.
Jangan-jangan karena ini Elon Musk batal berinvestasi ke Indonesia. Karena  bisa jadi Amerika lewat Elon Musk bukan hanya mengincar industri kendaraan listrik semata, namun juga industri smelter nikel di Indonesia