Melihat pentingnya jalur laut sebagai wilayah transportasi logistik ke IKN, maka tidak salah jika masa depan sektor maritim di Selat Makassar akan lebih cerah dan bergairah. Sektor maritim akan dipacu untuk menyokong sektor lain yang berkaitan dengan IKN dan daerah penyangga.
Sektor maritim di Selat Makassar tersebut meliputi tol laut dan potensi kelautan. Konektivitas tol laut sebagai instrumen mendukung transportasi logistik dan publik yang melintasi Selat Makkasar. Sementara potensi kelautan meliputi sumber daya alam dan komoditi perikanan tangkap yang dimanfaatkan untuk kebutuhan IKN.
Seiring dengan adagium yang disampaikan Jokowi, bahwa harapan dan kejayaan yang tersimpan di laut adalah keniscayaan. Ini terbukti saat saya melintasi Selat Makassar dalam pelayaran dari Makassar Sulawesi Selatan menuju Pantoloan Sulawesi Tengah menggunakan KM Lambelu bulan Januari lalu.
Harapan bahwa perairan laut Selat Makkasar menjadi wilayah transportasi logistik yang sibuk serta geliat sektor maritim sebagai dampak perpindahan IKN, tinggal menunggu waktu untuk mencapai kejayaannya.
Konektivitas Tol Laut
Terletak di antara Samudra Pasifik dan samudra Hindia dan dilalui oleh garis khatulistiwa, menempatkan Indonesia pada posisi yang strategis dengan keanekaragaman hayati kelautan terbesar di dunia.
Dengan posisi strategis dan potensi kelautan yang besar tersebut, maka Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan telah memiliki Visi Poros Maritim Indonesia dengan menjadikan tol laut sebagai pilar konektivitas.
Dalam penyelenggaraan tol laut, terdapat empat elemen pendukung yang dapat membantu kelancaran penyelenggaraan tol laut. Meliputi kapal, pelabuhan, sistem logistik dan hubungan lembaga.
Empat elemen ini menjadi perhatian serius Pemerintah sejak program tol laut diimplementasikan tahun 2015. Hal tersebut diakui oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dalam buku tol laut konektivitas visi poros maritim Indonesia.
Menurutnya, ketika tol laut mulai dilaksanakan sudah banyak yang dilakukan. Seperti penambahan jumlah kapal yang digunakan, penambahan trayek, pelabuhan yang disinggahi, alat bongkar muat yang diadakan serta digitalisasi pada sistem informasi muatan dan kapal.