Adapun ekowisata tersebut yakni budi daya ikan air tawar, menggunakan jaring apung dan kolam terpal bundar dengan sistem bioflog. Untuk jaring apung dibuat tepat di pinggir sungai, ditujukan untuk pengembangan budidaya ikan nila.
Sementara untuk kolam terpal bundar dibuat di lahan yang berada di pinggir lorong perumahan. Di mana jenis ikan yang dibudidayakan yakni ikan lele dan juga nila. Tempat budidaya kolam terpal mengunakan sistem bioflog dibuatkan gazebo agar lebih terlindungi.
Menariknya budidaya ikan air tawar tersebut sudah memberi dampak ekonomis buat warga selaku pengelola. Karena selain untuk dipanen, juga menjadi bahan baku untuk menu makanan bagi pengunjung yang datang menikmati wisata kuliner.
Selain itu ada juga budidaya tanaman pangan dengan memanfaatkan lahan kosong lorong perumahan setempat. Diantaranya cabai, tomat, kangkung, selada, bawang, sawi, hingga padi. Berbagai komoditi tersebut sudah sempat dipanen oleh warga untuk menambah penghasilan.
Kedua, menikmati segelas kopi susu di gazebo kuliner terapung yang berada di pinggir sungai, sembari menikmati landscape alam yang menarik.
Harga minuman di destinasi wisata tersebut cukup terjangkau. Segelas kopi susu yang saya pesan misalnya harganya Rp 15.000. Ada juga berbagai jenis minuman dan makanan yang tersedia untuk pengunjung bisa nikmati.
Menikmati kuliner di gazebo terapung sembari menikmati landscape sungai Tello, tentu memberi sensasi berbeda. Ditambah lagi keberadaan jaring apung budidaya ikan yang ada di lokasi tersebut, membuat pengunjung semakin teredukasi terkait pengelolaan ekowisata.
Ketiga, berinteraksi dengan pihak pengelola terkait berbagai informasi dan referensi seputar destinasi wisata tersebut. Interview saya lakukan dengan salah satu pengelola kuliner, terkait budi daya ikan air tawar yang juga menjadi bahan baku menu kuliner.