Kompasianer mengemban peran sebagai komunikator pembangunan? Apa tidak keliru. Bukankah peran komunikator pembangunan itu menjadi tugas Pemerintah dari tingkat Pusat hingga Desa. Juga para Stakeholder dan Pemangku pembangunan lainnya.
Apalah arti seorang Kompasianer yang punya keterbatasan untuk mengambil peran sebagai komunikator pembangunan. Bukankah peran Kompasianer hanyalah sebatas menuliskan narasi (artikel), terkait realitas pembangunan yang ada disekitarnya.
Tidak perlu masuk lebih jauh kedalam menjadi komunikator segala yang sudah ada penanggungjawabnya. Lagipula bentuk komunikasi seperti apa lagi yang harus diperankan seorang Kompasianer seperti saya misalnya.
Memang tidak salah, jika ada anggapan peran komunikator pembangunan itu adalah tugas Pemerintah dan Stakeholder pembangunan lainnya. Karena secara perencanaan dan teknis, merekalah yang paling mumpuni.
Mereka jualah yang mengelola anggaran, serta mereka yang pula yang membangun sarananya. Maka segala sesuatu yang terkait pembangunan sudah menjadi tanggungjawab mereka, untuk intens mengkomunikasikannya ke publik. Agar pelaksanaan pembangunan tersampaikan dan tersosialisasi dengan baik.
Namun jangan salah sangka, karena
komunikator pembangunan yang dimaksud disini adalah, mereka yang menyebarkan hal-hal baru (inovasi) kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat melaksanakan hal baru tersebut, demi peningkatan taraf hidupnya.
Dengan kata lain mereka yang menyebarkan informasi untuk mendidik masyarakat. Agar lebih kreatif produktif dalam meningkatkan kesejahteraan dirinya, keluarganya, dan masyarakat sekitarnya dengan menyandang sebutan sebagai pelopor perubahan (agen of change).
Soal komunikator pembangunan tersebut, tertuang dalam buku Komunikasi Pembangunan karya Prof Hafied Cangara. Dimana dalam buku tersebut menyebutkan, salah satu kualifikasi yang dibutuhkan oleh komunikator pembangunan adalah, terampil berkomunikasi secara lisan dan tertulis.
Jelas seorang Kompasianer adalah mereka yang terampil berkomunikasi secara tertulis. yakni melalui tulisan atau artikel bernas yang terpublikasi lewat media Kompasiana, sebagai saluran komunikasi publik. Secara lisanpun saya yakin, insan Kompasianer punya kemampuan dan cakap dalam melakukannya.
Artinya secara tidak langsung, Kompasianer telah berperan serta mengembang tugas komunikator pembangunan. Lewat beragam tulisan yang menyentuh seluruh aspek peradaban kehidupan masyarakat. Sampai disini saya memberi apresiasi, kepada seluruh Kompasianer atas peran mulia  tersebut.
Pengalaman Dari Lapangan
Adanya pernyataan yang mengatakan sering-sering turun ke lapangan, maka banyak hal yang akan diketahui, rasanya ada benarnya. Demikian pula dengan banyak-banyak berinteraksi dengan orang lain, maka banyak pula informasi yang diperoleh, juga sudah terbukti.
Dari pengalaman turun lapangan dan berinteraksi di tingkat masyarakat, banyak hal yang saya ketahui dan saya peroleh. Perjumpaan dengan kondisi lapangan di daerah serta perbincangan dengan masyarakat, menjadi modal dan referensi yang saya dapatkan tentang realitas pembangunan.
Menjumpai jalan rusak, jembatan rapuh, dampak bencana alam, serta ketiadaan tower telekomunikasi, adalah realitas yang tak bisa ditampik. Belum lagi daerah terisolir yang belum bisa dilalui kendaraan roda empat, menjadi realitas kongkrit yang bersentuhan dengan kehidupan masyarakat.
Soal interaksi dan realitas pembangunan yang saya jumpai di lapangan, kadang terjadi secara tidak terduga. Namun justru dari situasi tidak terduga tersebut, saya mendapatkan berbagai informasi menarik. Dan juga menjadi momen kisah manis sebagai inspirasi bahan tulisan di Kompasiana.
Â
Contoh dalam kunjungan saya ke wilayah Lore Utara Kabupaten Poso beberapa waktu lalu, saat tengah asik melihat-lihat kolam ikan, tiba tiba ada suara panggilan mengajak saya ke dapur umum sekedar menikmati kopi.
Ternyata di dapur umum yang berada di dekat kolam ikan itu, sudah ada beberapa orang pria yang tengah asyik berbincang. Dari perbincangan yang saya simak, mempersoalkan kesenjangan pembangunan, lewat adanya kondisi jalan yang rusak parah sepanjang 5 kilometer di daerah tersebut.
Ironisnya jalan rusak tersebut sama sekali tidak tersentuh perbaikan. "Kira kira sudah berapa lama jalannya rusak," ujar saya. "Wah sudah lama rusak, tapi hingga sekarang belum diperbaiki," ujar seorang pria. Jalan yang dimaksud sudah sempat saya lintasi dan apa yang dipersoalkan sesuai dengan kenyataan.
Dalam perbincangan itu, saya sampaikan bahwa jalan dimaksud masuk kategori jalan Kabupaten yang menjadi kewenangan Pemerintah setempat. Adapun penanganannya masuk dalam skema pembiayaan APBD Kabupaten. Oleh karena itu Wakil Rakyat yang berasal dari dapil tersebut, harus bisa pro aktif memperjuangkannya.
Karena itu perlu ada komunikasi lisan dengan Wakil Rakyat atau Pemerintah Kabupaten agar keluhan tersebut dapat diperjuangkan. Jika tidak cukup, maka perlu disuarakan lewat tulisan sebagai bentuk komunikasi non verbal yang efektif di era digitalisasi saat ini.
Karena itu di desa perlu ada insan yang punya ketrampilan menulis yang sewaktu waktu dapat menyuarakan aspirasi masyarakat. Namun saya sadari, keterbatasan sumber daya manusia yang ada di desa. Maka dalam momentum seperti ini, saya yang harus mengambil alih menulis realitas lapangan tersebut
Peran Mulia 14 Tahun Kompasiana
Satu hal yang disebutkan dalam buku Komunikasi Pembangunan, bahwa komunikasi pembangunan menetapkan sumber komunikator adalah orang-orang terpilih. Yakni yang memiliki kelebihan dibanding dengan orang-orang yang dilayaninya. Baik dari segi pengetahuan, pengalaman, maupun dari keterampilan berkomunikasi.
Juga disebutkan dalam buku tersebut, bahwa pembangunan tidak mengenal kata akhir. Sepanjang kehidupan manusia masih berkekurangan lapangan kerja, perumahan pendapatan, pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial. Serta masih kekurangan kehidupan yang nyaman, sejahtera, bahagia dan berkelanjutan.
Â
Sebagaimana saya, kawan-kawan Kompasianer di daerahnya berdomisili, pasti juga masih menemukan kekurangan-kekurangan yang dimaksud sebagai sebuah realita. Tentu tanpa menafikan berbagai keberhasilan pembangunan di daerah mading-masing.
Seiring dengan momen HUT Kompasiana, saya ingin merefleksikan rentang waktu perjalanan Kompasiana dengan peran mulia yang diemban oleh seorang Kompasianer. Bahwa 14 tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Kompasiana, hadir menjadi media untuk menyalurkan ide dan gagasan para Kompasianer dari berbagai perspektif dan dimensi.
Bahwa  menjadi tugas dan kewajiban bagi setiap Kompasianer untuk terus peduli serta berupaya mewujudkan cita-cita luhur dan mulia. Yakni melepaskan manusia dari jerat kemiskinan, kebodohan, eksploitasi dan kesenjangan. Dimana kesadaran untuk melepaskan diri dari kondisi demikian, memerlukan langkah strategis, dimana komunikasi  dan informasi turut berperan didalam.
Saya pahami kawan-kawan Kompasianer punya passion tersendiri dalam menulis artikel di Kompasiana. Tidak bisa dipaksakan untuk bisa menyentuh dimensi lain. Terbukti tidak semua topik pilihan yang dishare Kompasiana, direspon oleh Kompasianer lewat artikelnya. Termasuk saya sendiri kadang lalai menulis artikel topik pilihan.
Namun sekali lagi, bahwa realitas kesenjangan pembangunan adalah potret sehari-hari yang ada disekitar kita. Bahkan tidak menutup kemungkinan kita Kompasianer adalah bagian dari kesenjangan tersebut.
Disinilah kita perlu merenungi bahwa peran sebagai Kompasianer dalam meretas tantangan pembangunan sangat dibutuhkan. Kepedulian dan kontribusi kita dalam memberikan pencerahan di ruang publik atas berbagai problem kemasyarakatan dan kesenjangan pembangunan, adalah sebuah keniscayaan.
Â
Ketrampilan menulis yang kita milik adalah talenta yang tidak semua orang miliki. Maka mari kita konsisten memanfaatkan kelebihan talenta tersebut, untuk sebuah kemasyalahatan. Dalam momentum 14 Tahun Kompasiana, saya ingin tegaskan selaku Kompasianer kita semua telah berperan selaku komunikator yang mempuni, terhadap peradaban kehidupan yang lebih baik.
Selamat 14 Tahun Kompasiana. Terima kasih verifikasi saya sebagai Kompasianer Centang Biru. Salam sukses kita bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H