Jelas seorang Kompasianer adalah mereka yang terampil berkomunikasi secara tertulis. yakni melalui tulisan atau artikel bernas yang terpublikasi lewat media Kompasiana, sebagai saluran komunikasi publik. Secara lisanpun saya yakin, insan Kompasianer punya kemampuan dan cakap dalam melakukannya.
Artinya secara tidak langsung, Kompasianer telah berperan serta mengembang tugas komunikator pembangunan. Lewat beragam tulisan yang menyentuh seluruh aspek peradaban kehidupan masyarakat. Sampai disini saya memberi apresiasi, kepada seluruh Kompasianer atas peran mulia  tersebut.
Pengalaman Dari Lapangan
Adanya pernyataan yang mengatakan sering-sering turun ke lapangan, maka banyak hal yang akan diketahui, rasanya ada benarnya. Demikian pula dengan banyak-banyak berinteraksi dengan orang lain, maka banyak pula informasi yang diperoleh, juga sudah terbukti.
Dari pengalaman turun lapangan dan berinteraksi di tingkat masyarakat, banyak hal yang saya ketahui dan saya peroleh. Perjumpaan dengan kondisi lapangan di daerah serta perbincangan dengan masyarakat, menjadi modal dan referensi yang saya dapatkan tentang realitas pembangunan.
Menjumpai jalan rusak, jembatan rapuh, dampak bencana alam, serta ketiadaan tower telekomunikasi, adalah realitas yang tak bisa ditampik. Belum lagi daerah terisolir yang belum bisa dilalui kendaraan roda empat, menjadi realitas kongkrit yang bersentuhan dengan kehidupan masyarakat.
Soal interaksi dan realitas pembangunan yang saya jumpai di lapangan, kadang terjadi secara tidak terduga. Namun justru dari situasi tidak terduga tersebut, saya mendapatkan berbagai informasi menarik. Dan juga menjadi momen kisah manis sebagai inspirasi bahan tulisan di Kompasiana.
Â
Contoh dalam kunjungan saya ke wilayah Lore Utara Kabupaten Poso beberapa waktu lalu, saat tengah asik melihat-lihat kolam ikan, tiba tiba ada suara panggilan mengajak saya ke dapur umum sekedar menikmati kopi.
Ternyata di dapur umum yang berada di dekat kolam ikan itu, sudah ada beberapa orang pria yang tengah asyik berbincang. Dari perbincangan yang saya simak, mempersoalkan kesenjangan pembangunan, lewat adanya kondisi jalan yang rusak parah sepanjang 5 kilometer di daerah tersebut.
Ironisnya jalan rusak tersebut sama sekali tidak tersentuh perbaikan. "Kira kira sudah berapa lama jalannya rusak," ujar saya. "Wah sudah lama rusak, tapi hingga sekarang belum diperbaiki," ujar seorang pria. Jalan yang dimaksud sudah sempat saya lintasi dan apa yang dipersoalkan sesuai dengan kenyataan.
Dalam perbincangan itu, saya sampaikan bahwa jalan dimaksud masuk kategori jalan Kabupaten yang menjadi kewenangan Pemerintah setempat. Adapun penanganannya masuk dalam skema pembiayaan APBD Kabupaten. Oleh karena itu Wakil Rakyat yang berasal dari dapil tersebut, harus bisa pro aktif memperjuangkannya.
Karena itu perlu ada komunikasi lisan dengan Wakil Rakyat atau Pemerintah Kabupaten agar keluhan tersebut dapat diperjuangkan. Jika tidak cukup, maka perlu disuarakan lewat tulisan sebagai bentuk komunikasi non verbal yang efektif di era digitalisasi saat ini.