Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kilas Balik Sejarah Jelang Kemerdekaan Indonesia

16 Agustus 2022   23:08 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:04 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemasangan Bendera Merah Putih memperingati HUT RI ke 77. Doc Pri

Adapun Jepang harus takluk dalam perang di wilayah Asia Pasifik lewat andil Panglima Perang Sekutu Jenderal Douglas Mac Arthur. Sang Jenderal terkenal dengan strategi perangnya bernama Leapfrog atau Lompat Katak, untuk mengalahkan Jepang dalam perang dunia II. Jejak Operasi Lompat Katak Jenderal Mac Arthur di Asia Tenggara dimulai dari Indonesia tahun 1944, selanjutnya ke Filipina dan ke Jepang.  

Tindakan Jepang terhadap Amerika karena menyerbu Pearl Harbor di tahun 1941, dibayar mahal dengan dijatuhkannya bom Atom di Nagasaki dan Hiroshima oleh Sekutu pada bulan Agustus 1945. Jepang tak berdaya, kekalahan beruntun dalam perang di darat, laut dan udara membuat negara tersebut akhirnya menyerah.

Secara umum Jepang menyerah pada tanggal 15 Agustus 1945 saat Kaisar Jepang Hirohito memutuskan untuk menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Namun penandatanganan  dokumen penyerahan secara resmi dilakukan tanggal 2 September 1945 di atas kapal USS Missouri di perairan Teluk Tokyo, melibatkan Perwakilan dari pihak Sekutu dan Jepang.

Momentum menyerahnya Jepang kepada Sekutu tanggal 15 Agustus  1945 itulah yang dimanfaatkan oleh golongan pemuda Indonesia dengan menculik dua tokoh bangsa Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945 untuk segera memproklamirkan Kemerdekaan Republik Indonesia. Ini langkah berani dari para pemuda, mengingat Jepang masih berkuasa di Indonesia.

Namun waktu yang sempit serta situasi yang menguntungkan setelah pengumuman menyerahnya Jepang atas Sekutu, membuat golongan pemuda bersikeras kemerdekaan harus dilakukan secepatnya. Adapun golongan pemuda yang melakukan penculikan tersebut yakni Soekarni, Wikana, Jusuf Kunto, Chaerul Saleh, Shodanco Singgih, Djohar Nur, Sayuti Melik dan lainnya. "Sekarang bung, malam ini juga kita kobarkan revolusi," demikian desakan golongan pemuda di tanggal 16 Agustus 1945.

Selanjutnya seperti alur sejarah yang kita ketahui. Setelah perdebatan sengit yang dilakukan dengan golongan pemuda dengan Bung Karno serta Bung Hatta, akhirnya tercapai kesepakatan agar Proklamasi kemerdekaan segera dilakukan. Tepat pukul 10.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945 bertempat di jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta, Soekarno membacakan teks proklamasi yang sudah disusun. Proklamasi Kemerdekaan menjadi momentum bersejarah Indonesia sebagai negara Merdeka.

Ilustrasi pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan. Doc Pri
Ilustrasi pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan. Doc Pri

Keterlibatan golongan pemuda dalam prosesi Kemerdekaan Indonesia di tahun 1945 tidak lepas dari kejelian dan kecerdasan dalam membaca situasi geopolitik global dalam perang dunia II. Keberadaan media elektronik berupa radio di masa revolusi tersebut, dimanfaatkan secara baik untuk memonitor perkembangan global, termasuk detik-detik Jepang menyerah kepada sekutu.

Dapat dibayangkan jika golongan pemuda saat itu kehilangan monitor terhadap perkembangan global dan tidak bergerak cepat mendesak proklamasi segera disuarakan, bisa jadi kemerdekaan Indonesia akan mengikuti skema yang sudah disiapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diketuai oleh Soekarno dan Wakilnya Mohammad Hatta.

Dalam buku Bung Karno The Founding Father menyebutkan, Soekarno dan Hatta menginginkan supaya Proklamasi kemerdekaan Indonesia dilakukan melalui PPKI saja. Namun golongan pemuda justru menginginkan sebaliknya. Menurut pemuda, PPKI tak lain adalah sebuah Badan yang didirikan oleh Jepang. Dimana Kemerdekaan harus dilepaskan dari ikatan serta janji dari pihak Jepang.

Namun Soekarno menolak pendapat tersebut, karena ia merasa bertanggungjawab sebagai Ketua PPKI. Sukarno dan Hatta menghendaki Kemerdekaan dilakukan dengan mempertimbangkan situasional, mengingat kekuatan Jepang yang masih ada di Indonesia. Inilah perdebatan sengit yang sempat terjadi dalam situasi genting tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun