Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Antara IKN, GAMKI, dan Kopi Kamanuru

12 Juni 2022   17:56 Diperbarui: 13 Juni 2022   07:58 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bupati Sigi bersama Sekum DPP GAMKI saat menjadi narasumber dalam dialog publik tentang IKN. Doc Trisno

Momentum Pelantikan dan Rakerda DPD GAMKI Sulteng di Palu, diisi dengan dialog publik bertema Menatap Ibukota Negara (IKN) Baru dari Sulawesi Tengah. Tujuannya agar ada share informasi dan rekomendasi dari GAMKI terhadap keberadaan IKN baru di Kalimantan Timur (Kaltim).

Tampil disesi pertama sebagai narasumber yakni Bupati Kabupaten Sigi  Mohamad Irwan Lapatta dan Sekertaris Umum (Sekum) DPP GAMKI Sahat Martin Sinurat. Sementara disesi kedua tampil Gubernur Sulteng diwakili Asisten III Pemprov Sulteng Mulyono. Saya berkesempatan menjadi moderator disesi kedua bersama Asisten III.

Disesi pertama, Bupati Irwan Lapatta menyampaikan optimisme Kabupaten Sigi bisa turut menjadi daerah penyangga dengan berbagai komoditi yang dimiliki. Bupati bahkan mengajak elemen masyarakat termasuk GAMKI, untuk bersama sama mengembangkan komoditi pertanian dengan memanfaatkan lahan yang dimiliki.

Sekum GAMKI Sahat Sinurat merespon kesiapan Kabupaten Sigi dengan memberikan dukungan terhadap upaya menjadi daerah penyangga komoditi untuk IKN. Apalagi Ketua Umum DPP GAMKI Willem Wandik saat ini berada di Komisi V DPR RI, sehingga bisa turut mendukung program maupun sarana serta infrastruktur yang dibutuhkan untuk kesiapan daerah penyangga.

Menurut Sahat Sinurat  yang juga selaku Komisaris PT Multi Terminal Indonesia milik BUMN tersebut, komitmen GAMKI terhadap IKN baru tidak perlu diragukan. Terbukti GAMKI adalah satu satunya OKP yang sudah melakukan apel siaga di titik nol IKN Kaltim. Selain itu DPP GAMKI saat ini tengah menyiapkan MOU dengan Kementerian Maritim dan Investasi (Marves) terkait program untuk percepatan daerah tertinggal.

Asisten III Pemprov Sulteng saat tampil sebagai narasumber. doc Trisno
Asisten III Pemprov Sulteng saat tampil sebagai narasumber. doc Trisno

Disesi kedua, narasumber Asisten III Mulyono menyampaikan kesiapan Sulteng sebagai daerah penyangga logistik untuk IKN baru. Dimana mendorong sentra sentra pangan di Kabupaten, untuk ikut terlibat dalam penyediaan komoditas pertanian. Meliputi Kabupaten Buol, Tolitoli, Sigi dan Parigi Moutong.

Selain itu Pemprov Sulteng juga menyiapkan lahan seluas 30 ribu hektar di Kabupaten Donggala untuk menjadi Kawasan Pangan Nasional untuk IKN di Kalimantan Timur. Dukungan infrastruktur berupa jalan dan pelabuhan penyeberangan ke Kaltim akan disiapkan, sebagai jalur logistik yang efisien dan efektif.

Menurut Mulyono, jika nantinya IKN resmi pindah ke Kaltim, diestimasikan kebutuhan beras sebesar 450 ribu ton pertahun dengan estimasi penduduk sebanyak lima juta orang. Sementara produksi beras lokal di Kalimantan hanya sebanyak 246 ribu ton pertahun.

Adapun kekurangan pasokan beras untuk IKN sebesar 204 ribu ton. Pertanyannya  dari mana kekurangan pasokan beras akan dipenuhi. Jawabannya dari daerah penyangga yang dekat dari IKN di Kaltim terutama dari Provinsi Sulteng.

Antusias peserta mengikuti dialog yang digelar DPD GAMKI Sulteng. Doc Trisno
Antusias peserta mengikuti dialog yang digelar DPD GAMKI Sulteng. Doc Trisno

Selain beras, komoditi pangan non beras yang bisa didistribusikan ke Kaltim meliputi jagung, ubi jalar, pisang, sagu dan kentang. Inilah peluang ekonomi yang besar dari daerah penyangga dalam hal ini Provinsi Sulteng. Tentunya komoditi hortikultura lainnya, juga prospek dikembangkan untuk disuplay ke IKN baru.  

Dari dialog publik yang digelar DPD GAMKI Sulteng pada Sabtu 11 Juni 2022 tersebut, ada sejumlah masukan buat Pemprov Sulteng agar jika nantinya Sulteng benar benar ingin menjadi daerah penyangga untuk IKN, maka sudah harus memiliki Master Plan yang komprehensif. Terutama keterlibatan dan kerjasama antar Kabupaten yang akan menjadi daerah sentra pangan.

Selain itu kesiapan masyarakat yang terlibat dalam upaya menjadi daerah penyangga serta percepatan infrastruktur bagi daerah sentra pangan yang belum memadai. Dan yang tak kalah penting sebagai daerah penyangga, harus tetap memperhatikan keseimbangan antara aspek ekonomi dan ekologi.

Pada intinya dengan menggelar dialog publik dalam forum pelantikan dan Rakerda GAMKI Sulteng, merupakan bentuk kepedulian dan dukungan terhadap Pemprov Sulteng dalam menyiapkan diri sebagai daerah penyangga. Terlebih Gubernur Sulteng Rusdy Mastura sudah melakukan MoU dengan Gubernur Kaltim beberapa waktu lalu.

Sebagai organisasi pemuda, GAMKI perlu bersinergi dan memberikan gagasan terhadap  setiap agenda Pemprov Sulteng yang berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah. Dialog publik salah satu dari sekian program yang akan dilakukan untuk berkontribusi dan bersinergi dengan Pemkab maupun Pemprov Sulteng.

Sekum DPP GAMKI Sahat Sinurat saat menikmati kopi Kamanuru asal Dombu Kabupaten Sigi. Doc Heny 
Sekum DPP GAMKI Sahat Sinurat saat menikmati kopi Kamanuru asal Dombu Kabupaten Sigi. Doc Heny 

Disela sela kehadirannya di Palu, Sekum DPP GAMKI Sahat Sinurat berkesempatan menikmati Kopi Kamanuru yang berasal dari Desa Dombu Kecamatan Marawola Barat Kabupaten Sigi. Kopi Kamanuru merupakan jenis Arabica yang dihasilkan oleh petani di Dombu berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 1250-1500 meter dari permukaan laut.

Kopi Kamanuru yang sudah dalam bentuk kemasan 500 gram tersebut, diracik oleh pengurus GAMKI Sulteng Heny Ratnawati untuk dinikmati oleh Sahat Sinurat. Setelah menyeruput sesaat, Sahat mengaku kopi tersebut memiliki cita rasa yang nikmat dan direkomendasikan bagi penikmat kopi di Indonesia, untuk bisa menikmati kopi tersebut.

Sahat mengaku sebelumnya tidak  pernah mendengar adanya kopi Kamanuru asal Sigi Provinsi Sulteng. Ia hanya mengenal kopi Toraja untuk di Sulawesi. Untuk itu Sahat berjanji akan turut mempromosikan Kopi tersebut lewat pemasaran digital. "Ada tiga kemasan kopi Kamanuru yang saya bawa sebagai oleh oleh, untuk saya bantu pasarkan ke berbagai jaringan yang saya miliki," ujarnya.
 
Menurut Sahat dari segi cita rasa, kualitas dan kemasan kopi Kamanuru asal Sigi layak dipromosikan ke luar daerah. Sahat yang sudah turut merasakan kopi lokal di berbagai daerah di Indonesia, merasakan cita rasa kopi Kamanuru berbeda dengan kopi lainnya.

Sahat merasa kagum dengan daerah Sulteng terutama Kabupaten Sigi memiliki komoditi unggulan seperti kopi yang berpeluang mendapat pemasaran di luar daerah. 

Tinggal bagaimana jaringan dengan pihak pembeli di luar daerah dibangun, sehingga petani kopi turut merasakan dampaknya. Bahkan bisa juga nantinya kopi Kamanuru ini disuplay ke IKN Baru.
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun