Adapun kekurangan pasokan beras untuk IKN sebesar 204 ribu ton. Pertanyannya  dari mana kekurangan pasokan beras akan dipenuhi. Jawabannya dari daerah penyangga yang dekat dari IKN di Kaltim terutama dari Provinsi Sulteng.
Selain beras, komoditi pangan non beras yang bisa didistribusikan ke Kaltim meliputi jagung, ubi jalar, pisang, sagu dan kentang. Inilah peluang ekonomi yang besar dari daerah penyangga dalam hal ini Provinsi Sulteng. Tentunya komoditi hortikultura lainnya, juga prospek dikembangkan untuk disuplay ke IKN baru. Â
Dari dialog publik yang digelar DPD GAMKI Sulteng pada Sabtu 11 Juni 2022 tersebut, ada sejumlah masukan buat Pemprov Sulteng agar jika nantinya Sulteng benar benar ingin menjadi daerah penyangga untuk IKN, maka sudah harus memiliki Master Plan yang komprehensif. Terutama keterlibatan dan kerjasama antar Kabupaten yang akan menjadi daerah sentra pangan.
Selain itu kesiapan masyarakat yang terlibat dalam upaya menjadi daerah penyangga serta percepatan infrastruktur bagi daerah sentra pangan yang belum memadai. Dan yang tak kalah penting sebagai daerah penyangga, harus tetap memperhatikan keseimbangan antara aspek ekonomi dan ekologi.
Pada intinya dengan menggelar dialog publik dalam forum pelantikan dan Rakerda GAMKI Sulteng, merupakan bentuk kepedulian dan dukungan terhadap Pemprov Sulteng dalam menyiapkan diri sebagai daerah penyangga. Terlebih Gubernur Sulteng Rusdy Mastura sudah melakukan MoU dengan Gubernur Kaltim beberapa waktu lalu.
Sebagai organisasi pemuda, GAMKI perlu bersinergi dan memberikan gagasan terhadap  setiap agenda Pemprov Sulteng yang berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah. Dialog publik salah satu dari sekian program yang akan dilakukan untuk berkontribusi dan bersinergi dengan Pemkab maupun Pemprov Sulteng.
Disela sela kehadirannya di Palu, Sekum DPP GAMKI Sahat Sinurat berkesempatan menikmati Kopi Kamanuru yang berasal dari Desa Dombu Kecamatan Marawola Barat Kabupaten Sigi. Kopi Kamanuru merupakan jenis Arabica yang dihasilkan oleh petani di Dombu berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 1250-1500 meter dari permukaan laut.
Kopi Kamanuru yang sudah dalam bentuk kemasan 500 gram tersebut, diracik oleh pengurus GAMKI Sulteng Heny Ratnawati untuk dinikmati oleh Sahat Sinurat. Setelah menyeruput sesaat, Sahat mengaku kopi tersebut memiliki cita rasa yang nikmat dan direkomendasikan bagi penikmat kopi di Indonesia, untuk bisa menikmati kopi tersebut.
Sahat mengaku sebelumnya tidak  pernah mendengar adanya kopi Kamanuru asal Sigi Provinsi Sulteng. Ia hanya mengenal kopi Toraja untuk di Sulawesi. Untuk itu Sahat berjanji akan turut mempromosikan Kopi tersebut lewat pemasaran digital. "Ada tiga kemasan kopi Kamanuru yang saya bawa sebagai oleh oleh, untuk saya bantu pasarkan ke berbagai jaringan yang saya miliki," ujarnya.
Â
Menurut Sahat dari segi cita rasa, kualitas dan kemasan kopi Kamanuru asal Sigi layak dipromosikan ke luar daerah. Sahat yang sudah turut merasakan kopi lokal di berbagai daerah di Indonesia, merasakan cita rasa kopi Kamanuru berbeda dengan kopi lainnya.